Jumlah Dokter Asal Negara Muslim di AS Turun Sejak Era Trump

AS diperkirakan akan kekurangan dokter hingga 122 ribu pada 2032.

Ashlee Rezin Garcia/Chicago Sun-Times via AP
Jumlah Dokter Asal Negara Muslim di AS Turun Sejak Era Trump
Rep: Rizky Suryarandika Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jurnal Asosiasi Kedokteran Amerika Serikat mengalkulasi dokter dari negara Muslim mengalami penurunan di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Kondisi itu membuat jumlah dokter berkurang di Negeri Paman Sam.

Baca Juga

Jumlah dokter asing diperkirakan mencapai seperempat dari total dokter di Amerika. Mereka perlu lulus sejumlah lisensi dan menuntaskan latihan dua-tiga tahun di Amerika sebelum mendapat izin praktik.

Diperkirakan dokter dari negara mayoritas Muslim sekitar 4,5 persen dari total dokter di Amerika berdasarkan data 2019. Para dokter itu biasanya berasal dari Pakistan, Mesir dan Iran.

Jurnal Asosiasi Kedokteran Amerika Serikat mendata jumlah dokter dari negara Muslim yang mendaftar sertifikasi di Amerika naik selama 2009-2015 hingga 4.244 orang. Tapi kemudian angkanya turun 15 persen pada 2018 menjadi 3.604 orang.

"Kebijakan larangan travel pada negara mayoritas Muslim mempengaruhi jumlah dokter yang ingin ke Amerika. Bahkan citra larangan imigran bisa mempengaruhi siapa saja yang ingin mengikuti sertifikasi, belum ditambah masalah mendapatkan visa," kata John Boulet dalam laporan studinya di Jurnal Asosiasi Kedokteran Amerika Serikat dilansir di Middle East Eye, Selasa (7/7).

Boulet memperkirakan jika kondisi ini terus berlanjut, AS akan kekurangan dokter hingga 122 ribu pada 2032. Apalagi di waktu yang sama, Kanada, Selandia Baru, Australia dan Inggris nampak menjadi negara yang lebih menjanjikan bagi dokter dari negara Muslim.

Makin langka dokter, maka makin besar gaji yang harus dibayarkan. Otomatis ini berdampak pada pasien yang harus membayar biaya pengobatan lebih besar.

"Jika warga dari negara lain tak mencari izin tinggal di AS maka kesenjangan jumlah dokter akan terus melebar," ucap Boulet. 

 

 
Berita Terpopuler