Taiwan Buka Penerbangan Palsu bagi Warga yang Rindu Wisata

Ada sekitar 7.000 orang yang mendaftar untuk penerbangan palsu di bandara Songhsan.

Needpix
Bandara pusat kota Taipei, Songhsan, menawarkan penerbangan palsu untuk wisatawan yang haus akan berlibur (Foto: ilustrasi suasana di dalam pesawat)
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurangnya waktu berlibur dimanfaatkan salah satu bandara di Taiwan. Bandara pusat kota Taipei, Songhsan, menawarkan penerbangan palsu untuk wisatawan yang haus akan berlibur.

Seperti pada penerbangan umumnya, calon penumpang harus check-in, melewati kontrol dan keamanan paspor dan bahkan menaiki pesawat. Tapi pesawat tidak terbang, dan Anda tidak akan kemana-mana.

Pengelola Songshan pada Kamis lalu, mulai menawarkan perjalanan perdana bagi pelancong. Setidaknya ada 60 penumpang yang ikut merasakan pengalaman terbang palsu perdana ini.

Sekitar 7.000 orang telah mendaftar untuk ikut serta, dan nantinya para pemenang dipilih secara acak. Karena antusias yang tinggi, diperkirakan akan ada lebih banyak jadwal penerbangan palsu di beberapa pekan ke depan.

“Saya benar-benar ingin meninggalkan negara ini, tetapi karena pandemi banyak penerbangan tidak bisa terbang,” kata salah satu wisatawan Hsiao Chun-wei (38 tahun) seperti dilansir Reuters, Jumat (3/7).

Para penumpang mendapat boarding pass, dan melewati pemeriksaan keamanan di bagian imigrasi, sebelum naik pesawat Airbus A330 dari maskapai terbesar Taiwan, China Airlines.

"Saya berharap pandemi ini segera berakhir sehingga kami benar-benar bisa terbang dan berlibur," kata pelancong lainnya.

Program penerbangan palsu ini juga bertujuan untuk memamerkan hasil renovasi dan menunjukkan kepada calon penumpang bagaimana langkah-langkah pencegahan coronavirus yang mereka ambil.

Taiwan termasuk negara yang tidak terlalu terpukul karena pandemi, berkat langkah-langkah pencegahan dini yang efektif. Pemerintah telah menutup perbatasannya sejak pertengahan Maret. Pemerintah juga mengimbau kepada warga untuk tidak bepergian ke luar negeri kecuali benar-benar mendesak.

Akibat pembatasan itu, jumlah penerbangan yang beroperasi bisa dihitung jari. Jumlah penumpang pun anjlok hingga 64 persen dalam lima bulan pertama tahun 2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler