Bersepeda Saat New Normal, Gaya atau demi Cegah Covid-19?

Sepeda dipilih sebagai transportasi aman ketimbang angkutan umum.

Putra M. Akbar/Republika
Bersepeda Saat New Normal, Gaya atau demi Cegah Covid-19?. Warga mengayuh sepedanya saat melintas di jalan MH Thamrin, Jakarta.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama masa normal baru ini dan beberapa waktu terakhir saat pandemi Covid-19, orang-orang bersepeda wara-wiri di beberapa lokasi, termasuk di area car free day (CFD) Jakarta saat akhir pekan.

Baca Juga

Ada yang sebenarnya sudah menggeluti olahraga ini sejak lama lalu sempat rehat dan kembali melakukannya, ada juga yang baru benar-benar menjajal dunia bersepeda baik untuk kepentingan kesehatan atau sekedar alat transportasi ke tempat tujuan. Psikolog Ajeng Raviando mengatakan bersepeda sudah menjadi tren jauh-jauh waktu saat gerakan Bike to Work diperkenalkan dan semakin banyak orang melirik kegiatan ini di masa pandemi Covid-19.

"Sebenarnya trennya sudah lama ya, sejak Bike to work empat lima tahun lalu ya. Kalau sekarang orang punya kekhawatiran naik transportasi umum, jadi secara psikologis dia akan berpikir cara untuk tetap bisa menuju suatu tempat tanpa dia harus berisiko (kena Covid-19)," kata dia, Kamis (2/7).

Menurut Ajeng, sepeda menjadi pilihan karena orang menilai alat transportasi ini mampu membawa mereka secara aman ketimbang angkutan umum atau bahkan mobil pribadi yang dikenai aturan khusus. "(Hype akan naik) karena ada kesulitan tersendiri ketika harus pakai transportasi umum, sementara dengan mobil juga ketentuannya banyak. Orang berpikir bagaimana caranya supaya bisa sampai ke tempat tujuan misalnya kantor menggunakan alat transportasi yang mampu untuk itu. Banyak orang memilih sepeda," ujar dia.

Seorang pesepeda, Andhika Anggoro Wening (36 tahun) mengungkapkan sudah menggeluti olahraga sepeda sejak kecil namun sempat rehat. Dia kembali menjalani hobinya itu sejak tiga bulan lalu saat pandemi karena lebih memungkinkan dilakukan ketimbang olahraga lain.

"Sebenarnya hobi sepeda dari kecil, dan mulai bersepeda lagi tiga bulan lalu. Alasan ingin ngejalanin hobi yang dulu apalagi di masa pandemi ini nggak bisa olahraga lagi. Kebetulan olahraga saya bulu tangkis lagi break sejak pandemi," ungkap dia.

Andhika yang tinggal di kawasan Depok, Jawa Barat beberapa kali menggunakan sepeda untuk menuju ke kantornya di wilayah Karet, Jakarta Pusat. Dia menghabiskan waktu sekitar 90 menit untuk dua lokasi berjarak tempuh 28 km itu, relatif tak jauh berbeda jika naik KRL.

"Yang paling jauh dari rumah ke kantor, Depok-Karet sekitar 28 km sekitar satu jam setengah. Lalu dari Cipadu-Depok jaraknya 30 km, waktu tempuh dua jam. Selebihnya keliling Depok saja," ujar dia.

 

 

Ajeng mengatakan, fasilitas dari pemerintah untuk pengguna sepeda kini sudah lebih baik dalam bentuk jalur khusus, membuat pesepeda bisa lebih nyaman berkegiatan di jalan raya. Hal ini juga faktor yang menyebabkan bersepeda menjadi tren.

Di Jakarta misalnya, pemerintah menyediakan 17 ruas jalur khusus untuk pengguna sepeda. Kendaraan lain seperti mobil dan motor dilarang menggunakan jalur itu, sehingga pesepeda bisa melenggang nyaman tanpa takut tertabrak kendaraan lain.

Hal ini diakui Andhika. Menurut dia, jalur khusus pengguna sepeda membuatnya nyaman berkendara.

"Kalau yang membuat nyaman sepedaan di jalan ya jalur sepedanya itu nggak diambil kendaraan lain. Jalur ini harus benar-benar steril (dari jenis kendaraan lain)," kata dia.

Sejumlah warga bersepeda di lingkar jalan Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (30/6/2020). Kementerian Perhubungan (Kemenhub), menyatakan perlu regulasi untuk mengatur penggunaan sepeda sebagai moda transportasi, regulasi yang masih dikaji ini fokus pada aspek keselamatan dan tak ada ide atau usulan pajak sepeda. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp. - (Antara/Yulius Satria Wijaya)

Di sisi lain, Direktur Eksekutif California Bicycle Assn, David Snyder, mengutip data penelitian mengungkapkan, kenyamanan saat bersepeda bisa menjadi faktor penting saat orang memutuskan melakukan kegiatan ini.

Laman Los Angeles Times mengabarkan, di Kalifornia, orang-orang merasa tak nyaman berkendara di jalan raya. Alhasil, mereka bersepeda hanya saat berlibur atau kepentingan tertentu.

 

 

Produsen sepeda kini menghadirkan beragam jenis produk mulai dari sepeda biasa, lipat hingga elektrik dengan harga beragam bahkan mencapai Rp 34 juta seperti merek Brompton yang sempat menjadi sorotan dalam kasus penyelundupan di pesawat Garuda Indonesia. Orang-orang semakin banyak tahu harga sepeda bisa mencapai puluhan juta sehingga meningkatkan risiko tindak kejahatan menargetkan sepeda harga premium.

Kondisi ini juga bisa menjadi alasan pengguna sepeda terutama yang memiliki sepeda premium memilih beraktivitas secara berkelompok atau ikut komunitas sepeda. Tetapi saat pandemi Covid-19 terjadi, mereka beralih menjadi pesepeda mandiri, atau bersepeda hanya dengan anggota keluarga.

"(Sekarang, saat pandemi) orang mikir-mikir antara kalau ramai-ramai ngeri tapi kita enggak tahu siapa yang carrier, asimtomatik hingga di awal sakit. Pada akhirnya orang akan berpikir ulang lagi mengenai bareng komunitas atau teman," ujar Ajeng.

Sebagian orang menilai bersepeda menjadi pilihan berolahraga di tengah pandemi Covid-19 dan masa normal baru karena bisa menjaga jarak fisik dan sosial dengan orang lain sembari menjaga kesehatan dan kebugaran fisik. "Mungkin bisa satu keluarga barengan. Tapi kayaknya kalau bersepeda dengan komunitas agak lebih sedikit, karena menghindari risiko kesehatan yang bisa terjadi," kata Ajeng.

Bersepeda sendirian juga dipilih Andhika karena lebih nyaman. Namun, saat bertemu pesepeda lain dia mengatakan biasanya akan saling menyapa.

Sementara itu, para ahli mengatakan pembatasan sosial selama pandemi Covid-19 membuat orang-orang mulai bersepeda - terutama keluarga yang berusaha menghibur anak-anak yang gelisah. "Anda bergerak lebih cepat, Anda melangkah lebih jauh, tetapi Anda tidak bergerak begitu cepat sehingga Anda tidak dapat melihat hal-hal kecil," kata Ken McLeod, direktur kebijakan di The League of American Bicyclists seperti dilansir The Guardian.

Warga mengayuh sepedanya saat melintas di jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (30/6/2020). Untuk menyikapi maraknya penggunaan sepeda sebagai sarana transportasi oleh masyarakat, Kementerian Perhubungan menyiapkan regulasi terkait keselamatan pesepeda yang meliputi pemantul cahaya bagi pesepeda, jalur sepeda, serta penggunaan alat keselamatan. - (ANTARA/NOVA WAHYUDI)

Tips bersepeda aman

Kementerian Kesehatan sudah menekankan masyarakat mengenakan masker saat berada di luar rumah. Pakar kesehatan juga menyarankan penggunaan masker termasuk saat berolahraga namun mempertimbangkan juga jenis olahraga yang dilakukan dan jenis masker.

Masker yang disarankan masker kain dengan bahan yang tidak menyulitkan saat Anda bernapas, semisal katun. Masker pun diusahakan tidak terlalu ketat pada wajah.

Di sisi lain, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito A. Damay mengingatkan orang yang melakukan olahraga termasuk bersepeda harus memperhatikan kondisi tubuhnya. "Orang naik sepeda mungkin tidak sadar punya penyakit jantung, aneurisma. Naik sepeda hal yang baik, namun harus memperhatikan kondisi tubuh," kata dia.

Vito menyarankan Anda melakukan pemeriksaan medis menyeluruh (MCU) untuk mendeteksi penyakit yang mungkin tersembunyi sehingga bisa ditangani dini dan Anda bisa berolahraga secara aman. "Kalau dideteksi dari awal, Anda bisa tahu jika ada sesuatu yang bisa diperbaiki sehingga saat olahraga bisa dilakukan aman," kata dia.

 

 
Berita Terpopuler