Kisah Lucuan Jerman, Cak Durasim, Kasino,Hingga Bintang Emon

Kisah lucuan sepanjang zaman

Google,com
Komedian Iegendaris nggris Charlie Chaplien, memerankan Hitler.
Red: Muhammad Subarkah

REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Pada tahun 1940-an, pada zaman fasisme kolonialisme Jepang berkuasa di Indonesia, maestro ludruk Cak Durasim terpaksa berurusan dengan kekuasaan. Pasalnya, dia membuat humor yang dianggap sarkas ketika membawakan ngremo atau bersyair ala ludruk yang khas sekaligus jenaka. Syair legendaris itu begini: "Pegupon omahe doro, urip melu Nippon tambah sengsoro" (pegupon rumahnya burung dara, Ikut Nippon semakin sengsara).

Meski parikan (pantun Jawa) kala itu membuat orang tertawa, nasib Cak Durasim yang kelahiran dari kampung yang sama dengan presiden yang terkenal gemar membuat lucuan, Gus Dur, hidupnya kemudian tak enak. Panggung ludruknya berubah petaka. Pemerintah Jepang kala itu marah besar. Cak Duraim ditangkap masuk penjara. Ia meninggal dunia setahun kemudian dan dimakamkan di Makam Islam Tembok. Berkat keberanian itu, namanya dikenang sepanjang masa sebagai seniman serta pahlawan.

Kisah ini memang menjadi salah satu babak paling tragis sekaligus heroik dalam sejarah budaya dan sosial Indonesia. Namun, ini pun sebenarnya tak terjadi di sini saja. Di fenomena negara lain, misalnya Jerman semasa diperintah Hitler pun, ada kisah sama. Kisah jenaka sekaligus tragis tentang dunia lucuan ini pernah dimuat dalam koran terkemuka negeri itu, De Spegiel, beberapa tahun silam. Tulisan lucuan seperti itu begini.

Pada suatu hari, Hitler mengunjungi rumah sakit jiwa. Para pasien memberi hormat kepada Hitler. Saat melewati garis, dia menemukan seorang pria yang tidak memberi hormat.

"Mengapa kamu tidak memberi hormat seperti yang lain?" tanya Hitler dengan nada marah.

"Mein Führer, aku perawat," jawabnya. "Aku tidak gila!"

Menurut De Spiegel, kala itu di Jerman lelucon itu mungkin bukan seuatu yang menakutkan atau screamer sebab diceritakan secara terbuka bersama dengan banyak orang lain tentang Hitler dan antek-anteknya pada tahun-tahun awal Reich Ketiga. Bahkan, ada yang sempat mengumpulkan "lucuan" ini. Selain itu, lucuan ini dituliskan dalam sebuah buku baru tentang humor di bawah Nazi.

Namun, pada akhir Perang Dunia II, lelucon tentang Hitler ini bisa membuat Anda terbunuh. Seorang pekerja amunisi Berlin, diidentifikasi hanya sebagai Marianne Elise K, dihukum dengan tuduhan merusak semangat berperang orang Jerman "melalui komentar dengki". Tak tanggung-tanggung dia kemudian dieksekusi pada tahun 1944 karena mengatakan lucuan seperti ini.

Hitler dan Hermann Göring (petinggi Partai Nazi--Red) berdiri di atas menara radio Berlin. Hitler mengatakan dia ingin melakukan sesuatu untuk menghibur orang-orang Berlin. "Mengapa kamu tidak melompat saja?" saran Göring.

Seorang rekan kerja mendengar dan menceritakan lelucon itu. Dia kemudian melaporkannya ke pihak berwenang. Goring kemudian ditembak, ditahan, diadili, kemudian dieksekusi.

Nasib nahas lain kala itu pun banyak dikomentari. Seorang sutradara serta penulis skenario film di Jerman, Rudolph Herzog, menyatakan, kala itu sebenarnya lucuan itu tidak berusaha hanya membuat orang atau pembaca tertawa. Kemudian, penulis buku di Jerman seperti Herzog pun menjadi ingin memeriksa suasana periode Nazi dari perspektif yang berbeda dengan melihat atau mebandingkan lelucon kontemporer sebagai cara yang baik untuk menunjukkan perasaan orang yang sebenarnya pada saat itu.

"Lelucon mencerminkan apa yang benar-benar memengaruhi, menghibur, dan membuat marah orang. Mereka memberikan pandangan dalam tentang Reich Ketiga yang memiliki keaslian yang biasanya sering dilewatkan orang ketika mengulas teks-teks sastra lainnya," kata Herzog, yang pernah menulis buku Heil Hitler, Babi sudah Mati--serta aneka buku humor dengan tema lelucon Hitler lain.

Bahkan, Herzog mengatakan bahwa lelucon meski menyangkut politik sekalipun sebenarnya bukan merupakan bentuk perlawanan aktif, melainkan malah bisa menjadi katup untuk kemarahan publik yang terpendam. Dengan lelucon yang misalnya dimunculkan di tempat hiburan, pub, di jalan—sebenarnya sebatas hanya untuk mengeluarkan semacan "uap" sambil tertawa. Di Jerman kala itu suasana cocok dengan nuansa rezim Nazi yang sangat tanpa humor memakai istilah "melepaskan uap", yang mengindikasikan ada suasana yang begitu panas hingga harus ada jalur atau sarana untuk melepaskannya supaya hidup terasa segar.

Kala itu juga banyak orang Jerman marah tentang kisah lucuan kucing gemuk Nazi yang mendapatkan pekerjaan teratas di pemerintahan dan industri, tetapi mereka tidak memberontak. Mereka hanya mengatakan istilah itu sebagai lelucon. Lucuannya begini.

Seorang Nazi senior mengunjungi sebuah pabrik. Sesampai di sana ia bertanya kepada manajer apakah dia masih memiliki semangat ideologi sosial demokrat di antara para tenaga kerjanya.

"Ya, 80 persen," jawab sang manajer.

"Apakah Anda juga memiliki anggota Partai Pusat Katolik?" tanya sang Nazi senior.

"Ya, 20 persen," jawab manajer.

"Apakah kamu tidak punya semangat tentang ideologi sosialis-nasional?"

"Ya, tentu kita semua Nazi sekarang!"

Pada masa Hitler dengan partai Nazi-nya yang berkuasa, suasananya memang serbategang. Tak ayal lagi para petinggi negara Jerman kala itu secara diam-diam menjadi bahan olok-olok rakyatnya.

Kesombongan para petinggi Nazi adalah sasaran banyak lelucon itu. Misalnya begini.

"Hermann Göring telah melampirkan panah ke deretan medali di tuniknya. Bunyinya 'lanjut di belakang'. Dengan kata lain, oleh orang Jerman kala itu bila dimaksudkan secara lugas maksudnya sama dengan 'siapa lagi penerusnya'."

Uniknya, kata Herzog, lelucon semacam itu tidak berbahaya bagi Nazi dan tidak mencerminkan penentangan terhadap mereka. Lalu, dia membandingkannya dengan humor yang menjadi cerminan putus asa dari orang-orang Yahudi Jerman ketika hidup terkerangkeng dalam kamp konsentrasi selama dekade tahun 1930-an atau pada tahun-tahun perang dunia. Lucuan di Jerman waktu itu begini.

Dua orang Yahudi akan ditembak. Tiba-tiba datang pesanan untuk menggantung mereka. Yang satu berkata kepada yang lain, "Anda lihat, mereka kehabisan peluru."

Herzog menilai lelucon semacam itu yang diceritakan oleh orang-orang Yahudi adalah bentuk dorongan bersama, yakni ungkapan keinginan untuk terus bertahan hidup. "Bahkan, humor Yahudi paling hitam pun mengekspresikan keinginan yang menantang, seolah-olah juru lelucon itu ingin mengatakan: saya tertawa, jadi saya masih hidup," kata Herzog.

Buku humor yang dikumpulkan Herzog itu dirangkum berdasarkan literatur kontemporer, dari buku harian dan wawancara dengan 20 orang yang kala itu hidup dalam masa Reich Ketiga. Buku ini sampai pada beberapa kesimpulan yang tidak nyaman. Dari tahap awal, orang Jerman sangat menyadari kebrutalan pemerintah mereka kala itu. Negara itu terbuki bahwa tetap tidak dimiliki oleh "roh-roh jahat" dan sebenarnya tidak terhipnotis oleh propaganda brilian Nazi.

Mengapa demikian? Sebab, orang yang dikuasi roh-roh jahat atau terhipnotis tidak akan dapat membuat lelucon. "Jadi, Hitler tidak menghipnotis orang Jerman!" kata Herzog.

 

Selain itu, buku Rudolph Herzog mematahkan lebih banyak tabu dalam pengobatan sejarah Jerman. "Jika Anda mentertawakan Hitler, Anda merampoknya dari kemampuan iblis metafisik yang dikaitkan dengan para pembela pascaperang kepadanya," kata Herzog. Itu membuatnya lebih mengejutkan bahwa “sihir kebesaran Nazi”, yang dibeberkan dalam sindiran kontemporer dan kesaksian sastra, ternyata terbukti menghasilkan Holocaust.

"Jerman sama sekali bukan korban propaganda yang tak berdaya. Banyak yang melihat melalui permainan yang dimainkan oleh Goebbels dan para dayang-dayangnya. Ini tidak mengubah fakta bahwa negara itu tersedot ke dalam pusaran kejahatan dalam waktu hanya beberapa tahun," katanya.

Kenyataan ini terlihat misalnya dalam lelucon tentang kamp konsentrasi Nazi di Dachau yang dibuka pada tahun 1933. Lucuan seperti tersebut menunjukkan bahwa orang-orang Jerman tahu sejak dini bahwa mereka dapat dipenjara karena kemauan untuk mengungkapkan sebuah pendapat. Misalnya, dalam lelucon berikut.

Ada dua orang pria bertemu. Mereka saling menyapa.

"Senang melihatmu bebas lagi. Bagaimana kamp konsentrasi" layout="responsive" width="480" height="270">r">

 

Selain itu, buku Rudolph Herzog mematahkan lebih banyak tabu dalam pengobatan sejarah Jerman. "Jika Anda mentertawakan Hitler, Anda merampoknya dari kemampuan iblis metafisik yang dikaitkan dengan para pembela pascaperang kepadanya," kata Herzog. Itu membuatnya lebih mengejutkan bahwa “sihir kebesaran Nazi”, yang dibeberkan dalam sindiran kontemporer dan kesaksian sastra, ternyata terbukti menghasilkan Holocaust.

"Jerman sama sekali bukan korban propaganda yang tak berdaya. Banyak yang melihat melalui permainan yang dimainkan oleh Goebbels dan para dayang-dayangnya. Ini tidak mengubah fakta bahwa negara itu tersedot ke dalam pusaran kejahatan dalam waktu hanya beberapa tahun," katanya.

Kenyataan ini terlihat misalnya dalam lelucon tentang kamp konsentrasi Nazi di Dachau yang dibuka pada tahun 1933. Lucuan seperti tersebut menunjukkan bahwa orang-orang Jerman tahu sejak dini bahwa mereka dapat dipenjara karena kemauan untuk mengungkapkan sebuah pendapat. Misalnya, dalam lelucon berikut.

Ada dua orang pria bertemu. Mereka saling menyapa.

"Senang melihatmu bebas lagi. Bagaimana kamp konsentrasi?"

"Hebat! Sarapan di tempat tidur, pilihan kopi atau cokelat, dan untuk makan siang kami mendapat sup, daging, dan hidangan penutup. Lalu, kami bermain gim pada sore hari sebelum mendapatkan kopi dan kue. Kemudian, tunda sebentar dan kami menonton film setelah makan malam," jawab salah satu pria.

Pria yang bertanya itu tentu saja keheranan. Dia mengangguk-anggukka kepala.

"Bagus sekali! Baru-baru ini saya berbicara dengan Meyer, yang juga dikurung di sana. Dia menceritakan kisah yang berbeda kepada saya," tukas pria yang mendahului bertanya.

Namun, kini pria yang sempat menjawab itu kemudian mengangguk dengan muram dan berkata, "Ya, itu sebabnya mereka menjemputnya lagi."

Melanggar tabu

Buku Herzog hanyalah indikasi terbaru dari perubahan mendasar dalam perlakuan Jerman terhadap sejarah Nazi dalam beberapa tahun terakhir. Ketika generasi masa perang menghilang, anak-anak dan cucu-cucu mengambil pandangan yang lebih terpisah dari masa lalu, dan sejumlah tabu telah rusak sebagai akibatnya.

Pada tahun 2004, ada film Jerman yang berkisah tentang hari-hari terakhir Hitler di bunkernya–Down Fall–yang menggambarkan sisi manusia dari sang diktator. Awal tahun spanduk swastika yang besar dipasang di sekujur Kota Berlin untuk keperluan pembuatan film komedi pertama Jerman tentang Hitler. Ini tentu saja menjadi lucuan karena pemandangan ini sesuatu yang tidak pernah terjadi beberapa tahun yang lalu.

"Setiap generasi baru Jerman harus memahami masa lalu," kata Herzog. "Tabu telah rusak. Dengan jarak waktu Anda melihat sisi konyol dari rezim ini, tetapi tanpa melupakan kejahatannya. Kami masih terlalu dekat untuk itu."

Memang dalam sejarahnya masyarakat Jerman dengan cepat menjadi negara atau "masyarakat militer" setelah Nazi mengambil alih kekuasaan. Organisasi baru diciptakan, dengan jajaran seragamnya masing-masing. Salah satu lelucon yang tersebar adalah soal seragam tentara yang sebenarnya pada masa depan akan mengenakan pakaian sipil sehingga bisa lebih gampang lagi dikenali.

Bahkan, pada masa itu di Jerman banyak pula yang membuat salam "Heil Hitler"--yang dilakukan dengan cara memberi hormat dengan lengan terentangnya--sebagai sesuatu yang konyol. Seorang direktur sirkus di kota barat Paderborn dan seorang lawan Sosial Demokrat Nazi pada zaman itu sempat melatih simpanse-simpanse untuk mengangkat lengan kanan mereka setiap kali mereka melihat seragam. Bahkan, para simpanse ini selalu memberi hormat kepada tukang pos yang datang ke rumahnya.

Tak ayal lagi Padebron waktu Hitler berkuasa dikecam atau istilah generasi milenial "di-bully" habis-habisan. Dia pun menerima pemberitahuan resmi yang melarang simpanse memberi hormat. Pedron mendapat ancaman pembunuhan.

Lelucon lain yang menggambarkan kehidupan di bawah Nazi terekam pada lucuan dialog seorang pemuda kepada pacarnya.

"Ayah saya di SA, kakak tertua saya di SS (Partai Nazi), adik lelaki saya di HJ (Hitler Youth), ibu saya adalah bagian dari organisasi wanita NS, dan saya di BDM (kelompok organiasi wanita Nazi)," kata seorang pemuda Jerman kepada teman gadisnya.

"Apakah kamu pernah bisa bertemu satu sama lain?" tanya teman gadis itu.

"Oh, ya, tentu kita bertemu setiap tahun dalam rapat umum partai di Nuremberg!"

Sebagai akibat bannyaknya komentar atau lucuan seperti itu, Nazi kemudian mengeluarkan undang-undang pada tahun 1933 dan 1934 yang melarang komentar mengkritik rezim. Namun, untungnya, berkat ini kasus-kasus pengadilan biasanya hanya menghasilkan peringatan atau denda. Faktor mabuk dan mengoceh tak keruan akibat menenggak alkohol dianggap sebagai faktor yang meringankan.

Pembentukan kembali dan kebangkitan ekonomi pada 1930-an dan kemenangan awal Hitler tentu saja membawa gelombang kebanggaan nasional di Jerman. Namun, kala itu ada lucuan yang bernada sarkasme. Misalnya begini.

"Apa artinya ketika langit gelap? Ada begitu banyak pesawat di udara sehingga burung-burung harus berjalan."

Memang waktu itu banyak orang Jerman memuji Hitler karena dianggap mampu mengembalikan kehormatan negara itu setelah kekalahan Perang Dunia I, krisis ekonomi, dan pergolakan politik tahun 1920-an. Uniknya lagi, meski humor atau lucuan kadang dianggap berbahaya, selama masa Perang Dunia II rezim Hitler berusaha menghibur pasukan dan mengalihkan perhatian penduduk sipil Jerman dengan cara mempromosikan film komedi. Lelucon tentang pasukan Italia yang tidak terorganisasi banyak ditampilkan. Ini salah satu contoh adegan lucuan di film itu.

Markas besar tentara Jerman menerima berita bahwa Mussolini Italia telah bergabung dalam perang.

"Kita harus menyiapkan 10 divisi untuk melawannya!" kata seorang jenderal.

"Tidak, dia ada di pihak kita," kata yang lain.

"Oh, kalau begitu kita akan membutuhkan 20 divisi."

Bahkan, ketika menjadi jelas bahwa Jerman kalah perang dan pengeboman Sekutu mulai memusnahkan kota-kota Jerman, situasi buruk negara itu berubah menjadi sarkasme pahit dalam lucuan seperti ini.

"Apa yang akan kamu lakukan setelah perang?"

"Aku akhirnya akan pergi berlibur dan akan melakukan perjalanan keliling Jerman Raya!"

"Dan apa yang akan kamu lakukan di sore hari?" (Maksudnya, ingin mengatakan faktanya mereka sudah tak punya apa-apa lagi karena pengeboman semasa perang yang dikatakatan Hitler untuk kejayaan Jerman Raya. Jadi, tak usah lagi bermimpi itu ketika hendak tidur di malam hari--Red).

Namun, menceritakan lelucon semacam itu pun sempat dianggap berbahaya. Kekalahan menjadi pelanggaran yang bisa dihukum mati dan lelucon bisa membuat dieksekusi. Ini terjadi dengan kekalahan Jerman di Stalingrad yang kemudian berimbas pada gelombang pertama kampanye pengeboman terhadap kota-kota Jerman. "Saat itu humor politis berubah menjadi humor tiang gantungan. Kekonyolan humor memberi jalan bagi sarkasme biasa atau yang nyata," kata Herzog.

Akhirnya apa yang terjadi pada sosok lucuan Cak Durasim pada zaman Jepang atau humor orang Jerman terhadap Hitler memang bisa bolak-balik artinya: dari lucu hingga amarah, bahkan pidana. Namun, ingat ya pesan mendiang Kasino Warkop yang ternyata plesetan dari soal humor di Jerman: Tertawalah sebelum tertawa dilarang.

Jadi, jangan sedih ya komedian masa kini seperti Bintang Emon yang membuat lucuan soal penyirman air keras Novel Baswedan? Sebab, kita semua percaya: Saya tertawa, jadi saya masih hidup!

 
Berita Terpopuler