Thalhah, Sang Ksatria Perang Uhud

Thalhah membela Rasulullah mati-matian saat Perang Uhud..

MgIt03
Thalhah, Sang Ksatria Perang Uhud
Rep: Rizky Suryarandika Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Barang siapa ingin melihat seorang laki-laki yang masih berjalan di muka bumi, padahal ia telah memberikan nyawanya, maka hendaklah ia melihat Thalhah". Demikian sanjungan Rasulullah SAW pada Thalhah bin Ubaidulah. Thalhah tercatat sangat berpengaruh di perang Uhud.

Baca Juga

Dikutip dari Biografi 60 Sahabat Nabi karya Khalid Muhammad Khalid, diceritakan tak ada kegembiraan yang paling didambakan sahabat seperti yang disandangkan Rasulullah SAW pada Thalhah. Apa rahasia hidupnya hingga mendapat pengakuan begitu tinggi dari Rasulullah SAW.

Thalhah mengetahui kabar kenabian Rasulullah SAW setelah bertemu pendeta di Bashrah dalam perjalanan dagang. Sang pendeta berpesan agar Thalhah tak ketinggalan menjadi rombongan sang nabi pembawa petunjuk, rahmat dan pembebasan.

Pesan sang pendeta seolah menjadi hidayah bagi Thalhah. Walau telah berbulan-bulan di Basrah, ia mencari tahu tentang sosok nabi yang dimaksud sang pendeta.

Hatinya tak tenang jika belum bertemu dan berbincang dengan Rasulullah SAW. Thalhah selanjutnya menjadi pengikut Rasulullah SAW dalam salah satu gelombang pertama orang yang masuk Islam. Sebelumnya, Thalhah sudah menanyai Abu Bakar tentang kafilah dagangnya yang baru saja pulang bersama Muhammad Al-Amin.

Thalhah bukan orang sembarangan. Ia merupakan saudagar terpandang di tanah Arab. Walau begitu, ia tetap mendapat penganiayaan dari kaum Quraisy karena masuk Islam. Thalhah akhirnya mendapat perlindungan dari Naufal bin Khuwailid sang Singa Quraisy. Semenjak saat itu, Thalhah lebih leluasa dalam beraktivitas sebagai Muslim.

Thalhah seperti halnya Sahabat yang lain, mengikuti Rasulullah SAW ketika ada perintah hijrah ke Madinah. Setelah ada perintah memerangi kaum musyrik, Thalhah nyaris tak pernah absen. Ia hanya absen saat perang Badar lantaran mesti memenuhi tugas ke luar Madinah bersama Sa'id bin Zaid.

Kesedihan melanda hati Thalhah karena gagal membela Islam di perang Badar. Ia sempat kaget mendapati rombongan pasukan Muslimin dan Rasulullah SAW yang baru pulang perang. Rasulullah SAW mesti menenangkan hatinya dengan menyebutnya tetap mendapat pahala dan harta rampasan perang setara seperti halnya yang ikut perang.

Diantara semua perang yang diikutinya, perang Uhud jadi panggung terbesar bagi Thalhah. Thalhah melindungi Rasulullah SAW habis-habisan setelah formasi kaum Muslimin hancur karena pasukan panah meninggalkan posnya demi harta rampasan perang.

Thalhah mengetahui Rasulullah SAW akan jadi mangsa kaum Quraisy. Ia langsung menerjang mencari posisi Rasulullah SAW.

Jarak Rasulullah SAW dengan Thalhah tidaklah begitu jauh. Namun sepanjang jalan itu, Thalhah diadang oleh puluhan pedang dan tombak yang mencari mangsanya.

 

 

Thalhah seketika panik saat mendapati Rasulullah SAW dikepung dan jadi sasaran serangan pedang. Apalagi pipi Rasulullah SAW nampak mulai mengalirkan darah karena terluka. Kepanikan Thalhah makin menjadi-jadi saat mendengar Rasulullah SAW merintih kesakitan.

Walau satu orang, Thalhah bertarung layaknya satu kompi pasukan melawan kaum Quraisy. Padahal disebutkan lawan yang ingin membunuh Rasulullah SAW jumlahnya seperti belalang yang berkerumun.

Thalhah juga menolong Rasulullah SAW yang terperosok dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya mengayunkan pedang tanpa henti. Thalhah sukses membawa Rasulullah SAW mundur ke tempat aman.

Luka yang diderita Thalhah sehabis perang Uhud tak tanggung-tanggung. Rasulullah SAW memerintahkan agar Thalhah segera mendapat perawatan medis. Abu Bakar yang menolong Thalhah meriwayatkan ada puluhan luka tusukan tombak, sobekan pedang, dan tancapan panah. Jari-jari Thalhah juga putus.

"Thalhah selalu berada di barisan terdepan mencari ridha Allah dan membela Rasulullah SAW. Thalhah hidup di tengah masyarakat Muslim, mengabdi kepada Allah. Ia mengukuhkan tiang agama (Islam) yang masih baru saat itu," tulis Muhammad Khalid.

Di sisi lain, Rasulullah SAW menjuluki Thalhah sebagai si Baik Hati atas kedermawanannya. Setiap kali Thalhah mengeluarkan hartanya dalam jumlah besar, maka Allah menggantinya berlipat ganda.

Jika tidak perang, Thalhah memang mengembangkan banyak usaha dan perniagaan. Tak dapat dipungkiri, kekayaan Thalhah sungguh fantasfis jika dihitung dengan ukuran manusia. Namun hartanya tak digunakan demi dirinya saja, melainkan untuk ibadah di jalan Allah. Thalhah seolah tak memasang batas untuk menafkahkan hartanya.

Dalam satu riwayat diceritakan Su'da binti Auf bahwa Thalhah mengalami kegelisahan. Su'da lalu menanyakan kegundahan hati apa yang sedang dirasakan Thalhah.

"Harta yang ada padaku ini semakin banyak hingga menyusahkan dan menyempitkanku," kata Thalhah pada Su'da.

 

Thalhah lalu menerima anjuran Su'da untuk membagikan harta tersebut. Banyak orang dipanggil guna menerima limpahan harta Thalhah sampai tak satu dirham pun tersisa. 

 
Berita Terpopuler