Kai Havertz, Bintang Muda Jerman dari Keluarga Gila Bola

Kakeknya orang pertama yang membantu Havertz terjun ke sepak bola.

EPA-EFE/FRIEDEMANN VOGEL
Kai Havertz
Rep: Rahmat Fajar Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, LEVERKUSEN -- Satu nama menjadi sorotan ketika Bundeliga kembali bergulir setelah dihentikan lebih dari dua bulan karena [andemi Covid-19. Ia pemain muda usia 20 tahun milik Bayer Leverkusen, Kai Havertz. Havertz telah mencetak lima gol dari empat pertandingan sejak kompetisi Bundesliga dimulai kembali.

Baca Juga

Desa Mariadorf, tepat di utara Aachen adalah awal kisah perjalanan Havertz menggeluti dunia sepak bola. Di sinilah pemain yang awalnya berposisi gelandang tumbuh dan mengambil keputusan bermain sepak bola. Peran keluarga jelas tak bisa dilepaskan dari keputusan itu.

"Kakek saya benar-benar membuat saya tertarik dengan sepak bola," kata Havertz, dilansir dari situs resmi Bundesliga, Sabtu (30/5).

Kakeknya adalah orang pertama yang membantu Havertz mengambil keputusan terjun ke sepak bola. Ayah dan saudara lelakinya turut membantunya. Ia mengaku keluarganya adalah penggila bola. Semua orang dalam keluarganya mencinta olahraga si kulit bundar sehingga tak heran jika dalam dirinya tumbuh gairah bermain sepak bola.

Alemannia Mariadorf adalah klub pertamanya saat masih berusia empat tahun. Kakek Havertz yang bernama Richard kebetulan pernah menjadi petinggi di klub tersebut dan meneruskan kemampuannya kepada cucunya.

"Orang-orang selalu mengatakan saya memiliki potensi untuk membuat karier itu. Tapi kemudian masih 10, 12 tahun untuk bekerja, untuk mendapatkan kesempatan bermain di Bundesliga atau liga top lainnya,” jelasnya.

Pada 2009, dalam usia 10 tahun, ia bergabung dengan Alemannia Aachen yang merupakan klub terbesar di daerah tersebut. Pada saat itu, Aachen merupakan tim 2 Bundesliga, divisi kedua sepak bola Jerman, dan Haverzt adalah penggemar klub tersebut.

"Waktu terbaik adalah ketika Erik Meijer bermain di depan. Aachen memiliki beberapa pemain fantastis selama bertahun-tahun, beberapa pahlawan awal saya sendiri," cerita Havertz tentang klubnya itu.

Penampilannya yang bagus bersama Aachen membuat ia bertahan satu tahun. Sebab pemandu bakat Leverkusen rupanya memantau permainan Havertz dan tertarik membawanya. Waktu itu, Havertz yang bermain bersama tim di bawah usia 12 tahun bertanding melawan Leverkusen usia di bawah 12 tahun.

“Saya tidak ingat persis bagaimana pertandingan selesai, saya kira untuk 8-3 tapi dia mencetak tiga gol mereka. Itu kesan pertama sama tentang Kai (Havertz),” ujar pelatih muda Leverkusen, Slawomir Czrniecki.

Havertz bergabung bersama Leverkusen pada musim panas 2010 dan bermain di tim muda. Ia terus berkembang dan hingga saat ini mampu mengatasi rintangan yang dihadapi bersama klub tersebut. Meski demikian, ia mengakui ada kesulitan di tengah perjalanan.

"Pada usia 14 atau 15, saya masih salah satu pemain terkecil di tim. Lalu saya mengalami lonjakan pertumbuhan yang cukup dramatis. Saya harus terbiasa dengan kaki saya yang lebih lama, itu mempengaruhi seluruh cara Anda bermain sepak bola. Jelas ada sedikit perjuangan, terutama di level U15 / U16. Saya tidak memulai banyak pertandingan, menghabiskan lebih banyak waktu di bangku cadangan," ungkapnya.

Havertz membantu Leverkusen meraih gelar Bundesliga U-17 pada 2017. Havertz mencetak 18 gol dalam 26 pertandingan termasuk gol pembuka dalam kemenangan 2-0 atas Borussia Dortmund di partai final.

Sembilan kemudian, ia bermain di Signal Iduna Park, kandang Dortmund bersama tim utama Leverkusen. Pertandingan itu salah satu dari 24 penampilannya di Bundesliga pada musim debutnya bersama tim utama. Ia juga tampil di tiga pertandingan Liga Champions setelah menjadi debutan termuda klub ketika melawan Werder Bremen pada Oktober 2016.

Empat gol dan enam assist di Bundesliga membuat banyak orang terkesan kepada Havertz. Klub dan rekan-rekannya bisa melihat bahwa dia pemain berbakat langka.

"Dia punya ketenangan dan teknik hebat, dan pengambilan keputusannya biasanya tepat. Saya sudah melihatnya masuk ke tim utama sejak saya bergabung dengan klub dan perkembangannya luar biasa. Dia dengan cepat menjadi sangat penting bagi kami,” kata striker Leverkusen, Kevin Volland.

Saat ia tampil luar biasa di lapangan, Havertz juga meraih hasil luar biasa di luar lapangan. Ia menyelesaikan ujian sekolah ketika masuk ke tim utama Leverkusen. Ini sesuatu yang luar biasa karena Haverzt mampu mencapai dua hal penting dalam hidupnya dengan baik dan hampir bersamaan.

"Saya harus melakukan ujian sekolah menengah saya bersamaan dengan bermain di Piala DFB," kata  Havertz tentang cerita menariknya menjalanni dua kegiatan tersebut.

"Saya menjalani ujian pada hari Rabu setelah pertandingan tandang pada Selasa malam yang menghabiskan waktu tambahan dan penalti. Saya pulang relatif terlambat dan harus melakukan ujian pada hari berikutnya. Saya tidak ingin berbicara tentang bagaimana ujian berlangsung!" kata diia menambahkan.

Havertz bahkan harus rela berkorban melewatkan pertandingan babak 16 besar Liga Champions melawan Atletico Madrid untuk menyelesaikan ujian sekolahnya. Klubnya juga memberikan libur tiga hari dalam satu pekan untuk menyelesaikan ujian level A-nya.

Ia hanya absen empat pertandingan di pada musim keduanya di Bundesliga, Havertz sadar bahwa dirinya memiliki bakat luar biasa. Musim lalu, ia mencetak 17 gol pada usia masih 19 tahun. Ia pun menjadi pemain termuda yang mencetak 30 gol di Bundesliga dan itu berpotensi bertambah seiring dengan masih bergulirnya musim 2019/2020.

Pada Desember 2019 lalu ketika melawan Cologne, Havertz menjadi pemain termuda yang membuat 100 penampilan Bundesliga ketika usianya 20 tahun, enam bulan dan empat hari. Pada Mei 2020, Havertz ketika melawan Freiburg ia menjadi pemain pertama dalam sejarah Bundesliga yang mencetak 35 gol sebelum usia 21 tahun.

Sejatinya Havertz adalah seorang gelandang serang yang bertransformasi menjadi penyerang. Cedera menghantam Kevin Volland membuat Havertz lebih didorong ke depan. 

Saat bermain sebagai striker, sang wonderkid tampil impresif. Pemain internasional Jerman itu mencetak enam gol dalam lima pertandingan. Pujian pun mengalir pada Havertz. 

Sekarang pada usia 20 tahun, ia  memimpin rekan-rekannya di lapangan. Dengan sekejap harapannya menjadi bakat dan berlanjut sebagai seorang bintang sepak bola Jerman. Kita menanti kiprah Havertz di klub yang lebih besar lagi. Tampaknya ini akan terwujud sebentar lagi karena klub-klub besar dunia dilaporkan mengantre mendapatkan tanda tangannya.

Rahmat Fajar

 
Berita Terpopuler