Sekjen PBB: Virus Covid-19 Ancam Umat Manusia

Semua pemerintah diharapkan memberi dukungan untuk memberantas pandemi ini.

AP Photo/Mary Altaffer
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan virus corona atau covid-19 mengancam seluruh umat manusia.
Rep: Umar Mukhtar Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan virus corona atau covid-19 mengancam seluruh umat manusia. Covid-19 terus menyebar di seluruh dunia sehingga harus dilawan.

Baca Juga

Hal ini disampaikan Guterres saat meluncurkan rencana 2 miliar dolar AS melawan covid-19 dilansir Anadolu Agency, Kamis (26/3). "Seluruh umat manusia harus melawan. Tanggapan masing-masing negara tidak akan cukup," kata Guterres di markas PBB di New York, AS.

Ia memohon kepada semua pemerintah untuk memberi dukungan untuk memberantas pandemi ini. Dukungan ini disebutnya sebagai 'Perintah Moral dan Kebutuhan untuk Keamanan Kesehatan Global'

Rencana antarlembaga baru untuk memerangi covid-19 menggabungkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi PBB lainnya, sekaligus untuk mengidentifikasi kebutuhan baru. Guterres mengatakan, dengan pendanaan yang tepat, maka akan banyak nyawa yang terselamatkan.

"Dan badan-badan kemanusiaan dan LSM akan dipersenjatai dengan perlengkapan laboratorium untuk pengujian, dan dengan peralatan medis untuk mengobati orang sakit sambil melindungi pekerja kesehatan," katanya.

Ketika virus covid-19 menyebar, Guterres menekankan pentingnya menopang negara-negara yang sudah berada di tengah-tengah krisis kemanusiaan. Dia juga mencatat, negara-negara maju dengan sistem kesehatan yang kuat sekalipun tertekan akibat wabah virus tersebut.

"Kita harus membantu yang rentan, jutaan orang yang paling tidak mampu melindungi diri mereka sendiri. Ini adalah masalah solidaritas dasar manusia," kata kepala PBB itu.

Ada hampir 439 ribu kasus virus corona yang dikonfirmasi di seluruh dunia dengan jumlah kematian dengan cepat mendekati 20 ribu, menurut penghitungan yang disusun oleh Universitas Johns Hopkins di Baltimore, Maryland.

 
Berita Terpopuler