Mengenal Sahabat Nabi Muhamad Ibn Maslamah, Sang Kesatria

Maslamah wafat ketika perang saudara umat Islam.

Mgrol120
Mengenal Sahabat Nabi Muhamad Ibn Maslamah, Sang Ksatria. Ilustrasi Sahabat Nabi
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semasa hidupnya, Nabi Muhammad dikelilingi sahabat-sahabat yang memiliki keunikan dan kelebihan. Baik dalam tampilan fisik maupun sifat mulia yang ditampakkannya. Ini kerap menjadi sebuah kelebihan para sahabat.

Kelebihan dan keunikan mereka juga membantu Muhammad dalam menjalankan tugas kenabiannya. Salah satu sahabat tersebut adalah Muhamad Ibn Maslamah.

Baca Juga

Ia berperawakan tinggi dan besar. Hingga di kalangan sahabat, ia mendapatkan julukan 'raksasa'. Meski tampilan fisiknya seperti itu, Maslamah merupakan seorang pendiam, pemikir, amanah, dan selalu taat menjalankan ajaran agamanya.

Ia juga dikenal sebagai orang pemberani. Dalam medan pertempuran ia bahkan selalu berada di barisan terdepan.

Meski bernama Muhamad Ibn Maslamah, ia tidak terlahir sebagai Muslim. Namun ia merupakan generasi pertama di Yatsrib atau Madinah yang memeluk Islam.

Ia masuk Islam di bawah bimbingan Musab ibn Umayr, yang merupakan utusan pertama Nabi Muhammad di Madinah. Muhamad Ibn Maslamah memeluk Islam sebelum orang-orang yang berpengaruh di Madinah memeluk Islam, seperti Usayd ibn Hudayr dan Sad ibn Muadh.

Tak heran jika ia selalu bergabung dalam setiap pertempuran untuk mempertahankan kemuliaan Islam. Pernah sekali ia tak bergabung dalam sebuah pertempuran, yaitu Perang Tabuk. Sebab saat itu ia mendapatkan tugas bersama sahabat Ali bin Abi Thalib untuk tetap di Madinah untuk menjaga kota tersebut.

Nabi Muhammad melihat pula kesetiaan dan kegigihan Maslamah yang bak kesatria dalam membela Islam. Beliau tak jarang pula memercayakan pasukan Islam kepada Maslamah. Pada Perang Uhud, ia dipercaya untuk membawahi 50 prajurit dan memberinya tugas untuk melakukan patroli sepanjang malam di perkemahan pasukan Islam.

Dalam peperangan tersebut, pasukan Islam sedikit kewalahan dalam menghadapi musuhnya. Saat itu, sekitar tujuh puluh prajurit Muslim gugur dan lainnya kocar-kacir menyelamatkan diri. Sedangkan prajurit lainnya, termasuk Maslamah, membentuk pasukan kecil untuk melindungi keselamatan Nabi Muhammad.

Semangat berkorban demi Islam juga terlihat dalam peristiwa lain. Pada masa awal Rasulullah Muhammad tinggal di Madinah, ia mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang Yahudi di kota tersebut.

 

Namun, pemimpin Yahudi melanggar perjanjian tersebut. Pemimpin Yahudi membujuk suku-suku lainnya yang ada di Madinah untuk melakukan pemberontakan.

Mereka melakukannya dengan cara adu domba hingga melemahkan kekuatan umat Islam di Madinah. Salah satu kelompok Yahudi yang melakukan penghasutan adalah Bani Qaynuqa.

Namun, upaya mereka dapat dipatahkan dan Rasul memerintahkan mereka keluar dari Madinah secara damai. Sayang, kejadian ini tak menyurutkan orang-orang Yahudi menghentikan perlawanan.

Salah satu tokoh perlawanan adalah Kab ibn al-Ashraf. Saat itu, ia adalah pihak yang sangat membahayakan keutuhan umat Islam. Rasul berpikir keadaan ini harus dicarikan pemecahannya. Kemudian Nabi menyatakan kepada para sahabatnya, siapa yang akan menjadi sukarelawan untuk melakukan pembicaraan dengan Kab ibn al-Ashraf.

Tak lama kemudian, Muhamad ibn Maslamah mengajukan dirinya untuk mengemban tugas tersebut. Meski ia pun akhirnya bingung bagaimana caranya berhadapan dengan Kab. Menurut sebuah riwayat, ia bahkan mengurung diri di rumahnya selama tiga hari tanpa makan dan minum, memikirkan bagaimana menghadapi Kab.

Rasulullah akhirnya mendengar kabar tersebut lalu memanggil dan menanyakan mengapa Maslamah sampai melakukan hal itu. Saat itu, Maslamah menyatakan ia telah telanjur sanggup menghadapi Kab namun belum menemukan cara yang tepat untuk menghadapinya.

Rasul yang bijak, menenangkan gejolak hati yang dialami Maslamah dengan mengatakan bahwa apa yang harus Maslamah lakukan adalah hanya berusaha. Setelah mendengar nasihat tersebut, Maslamah merasa lebih tenang. Dan bergegas menemui sahabat lainnya untuk meminta masukan, termasuk kepada Abu Nailah, yang sebelumnya adalah suadara Kab ibn al-Ahsraf.

Di saat lain, tepatnya tahun keempat hijrah, Nabi Muhammad menemui sebuah suku Yahudi, yaitu Bani Nadir untuk meminta bantuan atas sebuah masalah. Namun, ternyata suku tersebut sedang merencanakan upaya pembunuhan terhadap Nabi.

Segera Nabi kembali ke pusat kota Madinah. Ia memanggil Muhammad Ibn Maslamah dan mengirimnya ke suku tersebut.

Maslamah membawa perintah dari Nabi bahwa Bani Nadir harus meninggalkan Madinah dalam jangka waktu sepuluh hari. Ini dilakukan karena keculasan mereka. Beragam kepercayaan ini merupakan bukti Muhamad Ibn Maslamah merupakan sahabat yang setia, pemberani, dan jujur.

Kepercayaan yang ia dapatkan tak hanya selama masa hidup Nabi. Setelah masa hidup Nabi, Maslamah juga mendapatkan kepercayaan yang berlimpah. Contohnya, pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Khattab, ia dipilih menjadi salah satu menteri. Tak hanya itu, ia juga dianggap sebagai teman dan penasihat terpercaya sang khalifah.

Sebelum dia diangkat menjadi menteri, ia dikirim ke Fustat, Mesir, untuk menopang pasukan Amr Ibn Al-Aas. Karena saat itu Amr memang meminta Khalifah Umar untuk mengirimkan bala bantuan untuk memperkuat ekspedisinya. Umar mengirimkan empat detasemen yang setiap detasemen terdiri dari seribu prajurit.

Salah satu detasemen tersebut dipimpin oleh Muhamad Ibn Maslamah. Kepada Amr, Umar menyampaikan sebuah pesan ia mengirimkan Muhamad Ibn Maslamah untuk membantu meraih kejayaan dalam menjalankan misinya. Maka Amr harus menerima Maslamah dan memaafkannya jika Maslamah melakukan sebuah kesalahan.

Nyatanya, Maslamah memberikan kontribusi yang berharga bagi kesuksesan misi yang dijalankan Amr di Fustat tersebut. Setelah kepemimpinan Umar digantikan oleh Usman Ibn Affan, Maslamah juga tetap mendapatkan kedudukan yang terhormat di mata khalifah ketiga tersebut.

Nahas, di kemudian hari ia meninggal bukan karena pertempuran melawan musuh. Ia terbunuh pada saat terjadi perang saudara antarumat Islam. Kala itu ia tak lagi mau menggunakan pedang yang diberi oleh Rasulullah dan selalu ia gunakan dalam setiap pertempuran. Ia tak tega menghujamkan pedang kepada saudaranya sesama Muslim. Ia meninggal dalam usia 77 tahun.

 
Berita Terpopuler