Benteng-Benteng Peninggalan Islam

Peradaban Islam di era kejayaan dikenal memiliki teknologi militer yang tangguh

famouswonders.com
Benteng Aleppo di Suriah.
Rep: Islam Digest Republika Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peradaban Islam di era kejayaan dikenal memiliki teknologi militer yang sangat tangguh. Salah satu peninggalan militer Muslim di masa kekhalifahan adalah benteng-benteng pertahanan. Kemegahan benteng-benteng peninggalan peradaban Islam di abad pertengahan itu ada yang masih berdiri kokoh serta ada pula yang telah musnah.

Berikut ini beberapa benteng peninggalan militer Muslim di zaman keemasan:


Orang  Barat biasa menyebutnya, The Citadel of Saladin.  Menurut catatan sejarah, The Citadel dibangun oleh panglima perang Muslim terkemuka bernama Salahudin Al-Ayubi dari Dinasti Ayubiyah pada 1170 M.  Benteng Salahudin dibangun di atas bukit Muqatam yang terletak di antara kota Kairo dan Fustat, Mesir.

Karena letaknya di atas bukit, setiap orang yang datang ke Citadel bisa menikmati keindahan pemandangan seluruh penjuru kota Kairo. Bahkan,  Piramida dan Giza peninggalan raja-raja Mesir pun bisa terlihat dari Benteng Salahudin.

Salahudin membangun Citadel sebagai tempat latihan militer serta melindungi Mesir dari serangan Pasukan Salib. Kala itu, memang tengah berkobar Perang Salib. Salahudin pun berinisiatif untuk membangun benteng pertahanan untuk membendung serangan tentara Perang Salib yang berusaha menguasai kembali Yerusalem -- “Tanah yang dijanjikan Tuhan” dari kekuasaan orang-orang Muslim.

Perang Salib juga dipicu ambisi Kekaisaran Bizantium untuk melawan ekspansi Dinasti Seljuk yang beragama Islam ke Anatolia. Pada masa kekuasaan Kekhalifahan Turki Usmani, Citadel juga sempat menjadi tempat bermukim dan berlindung Raja Muda Turki. Dia juga membawa pasukannya untuk bertahan di benteng tersebut selama masa Perang Salib.

Benteng peninggalan Sang Panglima Perang Agung Salahudin al- Ayubi -- itu sempat dilupakan dan tidak terurus hingga pada masa kekuasaan Dinasti Mamluk. Namun pada abad ke-14 M, Citadel yang telah berjasa melindungi Mesir dari Pasukan Salib mulai diperhatikan dan dirawat.

Bahkan Sultan El-Nasser Mohamed mulai membangun sejumlah bangunan-bangunan lain di sekitar benteng tersebut seperti Masjid. Saat ini,  Citadel juga menjadi tempat latihan militer Mesir .

Benteng Ajyad merupakan benteng yang dibangun penguasa Turki Usmani di kota Mekkah pada  1775 M. Benteng tersebut dibangun untuk melindungi Ka'bah dan kota Mekkah  dari serangan para pendatang.

Benteng tersebut meliputi 23 ribu meter persegi pegunungan Bulbul. Namun benteng tersebut sudah dimusnahkan pada tahun 2002 yang lalu untuk sebuah proyek pembangunan  Abraj Al Bait Towers yang terdiri dari apartemen, hotel bintang lima, maupun pusat perbelanjaan.

Pemusnahan Benteng Ajyad yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi umat Muslim diprotes keras oleh pemerintah Turki. Namun pemerintah Saudi Arabia tetap memperbolehkan kelanjutan proyek itu. Selain itu, meskipun benteng Ajyad memiliki nilai historis tetapi benteng tersebut tidak termasuk bangunan-bangunan bersejarah yang dilindungi oleh UNESCO.


Benteng al-Ukhaider terletak di padang pasir berjarak 48 km dari kota Karbala dan 150 km di selatan kota Baghdad, Irak. Benteng al-Ukhaider I merupakan salah satu benteng yang paling indah dari jejak-jejak peninggalan kekuasaan Muslim. Tembok luar dari benteng tersebut masih lengkap dan terawat dengan baik.

Benteng ini dibangun oleh salah seorang pemimpin dari Dinasti Abbasiyah yang pernah berkuasa di Irak yakni Isa ibn Musa pada 774 hingga 775 M. Di dalam benteng tersebut juga dibangun masjid dan tempat tinggal semacam aparteman. Arsitektur dari benteng tersebut sangat indah dan sangat menggambarkan arsitektur Islam.

Pada saat terjadinya perang Teluk yang terjadi antara Irak dan Kuwait pada 1991, benteng tersebut pernah diserang oleh dua pesawat terbang. Namun benteng peninggalan Dinasti Abbasiyah tersebut tetap berdiri dengan kokohnya tanpa ada kerusakan yang cukup berarti. Hal ini merupakan bukti kemampuan teknik bangunan yang tinggi dari arsiteknya.

Pada zaman dulu, benteng Al Ukhaider sering menghubungkan antara Irak dengan dunia luar. Selain itu, banyak para kafilah, pedagang dan orang-orang nomaden seperti Atshan dan Mujdah yang sering singgah di benteng tersebut. Selain untuk singgah, benteng tersebut juga berfungsi melindungi wilayah-wilayah di sekitarnya dari serangan orang asing.


Benteng Alamut dibangun pada 840 M di atas Gunung Alborz pada ketinggian 2.100 meter dari permukaan laut yang terletak di selatan Laut Kaspia dekat Provinsi Qazyin. Benteng tersebut terletak 100 km dari kota Teheran, Iran.

Alamut sendiri merupakan bahasa Persia yang artinya sarang burung Rajawali. Kemungkinan nama tersebut diberikan untuk menggambarkan betapa kokohnya benteng tersebut. Benteng Alamut memang dirancang didirikan di atas gunung untuk menyulitkan para penyerang datang menghancurkan benteng tersebut.
Untuk memasuki benteng tersebut, para penyerang harus melewati lereng-lereng yang terjal dan licin yang sangat berbahaya. Benteng yang panjangnya 400 meter tersebut juga memiliki sistem suplai air yang berbeda dari benteng-benteng lainnya. Sebenarnya, benteng Alamut memang didirikan untuk menahan serangan dari bangsa Seljuk.

Pada 1090 M, Hassan-i Sabbah seorang komandan dari Persia menguasai Benteng Alamut, bahkan dia juga membangun sejumlah taman dan perpustakaan di dalam benteng tersebut. Namun pada Desember 1256 M, pasukan Mongol di bawah kepemimpinan  Hulagu Khan datang dan berusaha menghancurkan benteng tersebut. Tetapi benteng tersebut tetap tidak terkalahkan.

Benteng Alamut rusak parah akibat terjadinya gempa bumi di Iran pada 2004.. Dinding-dinding benteng tersebut runtuh. Untuk memperbaiki benteng yang menjadi salah satu peninggalan peradaban Islam tersebut membutuhkan waktu yang panjang, sekitar 10 tahun.

 
Berita Terpopuler