Saraswati: Film Dilan Beri Edukasi Perlindungan Perempuan

Film Dilan mampu memotret fenomena kekerasan seksual yang sering terjadi.

Istimewa
Acara nonton bareng film Dilan 1991 di Jakarta, Ahad (3/3)
Red: Sammy Abdullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Dilan 1991 dinilai mengungkap fenomena yang terjadi di keseharian masyarakat tentang nasib perempuan di Indonesia. Menurut artis yang juga politisi Rahayu Saraswati, film Dilan 1991 mampu memotret fenomena kekerasan seksual yang sering terjadi.

Dua peran Dilan dan Hugo menggambarkan sosok teman laki-laki yang memiliki kepribadian yang berbeda dalam memperlakukan perempuan.

"Dilan menunjukan sikap yang cukup menghormati kehendak perempuan. Sementara tindakan yang dilakukan Hugo menunjukan bentuk pelecehan yang seringkali terjadi pada kehidupan nyata," ujar Saraswati usai mengadakan nonton bersama Film Dilan 199I, Ahad (3/3).

Artis pemeran Senja dalam film Merah Putih ini mengatakan peran Dilan menunjukan sikap hormat dan tidak memaksakan kehendak fisiknya terhadap Milea.

Sementara Hugo berbuat sebaliknya. Ia memaksakan kehendak fisik dengan berlindung pada kebebasan berekspresi dan pengaruh budaya barat.

"Di barat justru jika seorang laki-laki berperilaku seperti yang dilakukan Hugo terhadap Milea, dia sudah bisa dilaporkan ke polisi atas tindak kekerasan seksual," tambah seniman lulusan International School of Screen Acting dari London, Inggris ini.

Saraswati mengatakan perilaku Hugo yang membuat banyak aktivis perlindungan perempuan dan anak menyampaikan adanya kekosongan hukum dalam berpacaran.

Pemahaman tentang apa yang dianggap boleh maupun tidak dalam memperlakukan seseorang terhadap yang lain dalam konteks pelecehan seksual pun belum semua mengerti dan menyepakati.

 
Berita Terpopuler