Menjajal Museum Rasa Mal

Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon didesain dengan modern.

Dokpri Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat
Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon.
Rep: lilis sri handayani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- "Kita Ada karena Leluhur Kita Ada, Hormati dan Rawatlah Pusakanya, Tauladani Gemilang Sejarahnya." Pesan dari Sultan Sepuh XIV Kesultanan Kasepuhan Cirebon, PRA Arief Natadiningrat itu terpampang besar di dinding bercat putih Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon.

Tulisan itu dengan mudah terlihat oleh pengunjung saat melangkah masuk ke dalam museum tersebut. Selain disambut tulisan sultan, pengunjung yang memasuki museum juga akan langsung mendapat sambutan khas hotel.

Lima orang wanita layaknya resepsionis hotel akan menyapa dengan ramah. Mereka berdiri berjajar di belakang meja front office yang bercorak mega mendung.

Tak berhenti sampai di situ, para pengunjung juga akan disambut dengan embusan udara sejuk yang keluar dari mesin pendingin ruangan. Para pengunjung pun akan merasakan suasana museum yang bersih, terang dan tertata apik, mirip saat berkunjung ke mal. Kesan umum tentang museum penyimpanan benda-benda keramat milik keraton, yang biasanya pengap dan menyeramkan pun akan hilang seketika.

"Museumnya nyaman dan modern. Rasanya kayak di mal," ujar seorang warga Kabupaten Indramayu, Naura, saat berkunjung ke Museum Pusaka, akhir pekan lalu.

Di dalam ruang museum seluas 1.000 meter persegi itu, lemari-lemari dengan kaca besar tertanam di dinding. Lampu sorot yang terang-benderang, membuat detail benda pusaka yang ada di dalam lemari menjadi terlihat jelas. Ada lebih dari 2.000 benda pusaka yang dipamerkan.

Keraton Kasepuhan Cirebon menempatkan benda-benda pusaka berdasarkan periode waktu, dimulai dari koleksi terlama. Dengan cara tersebut, pengunjung seakan memasuki sejarah Keraton Cirebon mulai dari Pangeran Cakrabuana pada masa Galuh Pajajaran, masa Sunan Gunung Jati, hingga Sultan Cirebon setelahnya.

 

 
Berita Terpopuler