Arcandra Nilai PLTN Masih Mahal

Arcandra menilai saat ini Indonesia masih belum bisa mengembangkan PLTN.

Republika/Iman Firmansyah
Wakil Menteri ESDM- Arcandra Tahar
Rep: Intan Pratiwi Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar menilai saat ini Indonesia masih belum bisa mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Hal ini dikarenakan menurut Arcandra hingga saat ini biaya pokok produksi dari PLTN masih mahal.

Arcandra menyebutkan, berdasarkan fakta di lapangan biaya pokok produksi PLTN masih menyentuh 14 sen dolar per Kwh. Bahkan jika dibandingkan dengan energi terbarukan lainnya, PLTN ini masih terbilang mahal. "Ada banyak yang bilang, coba pakai muklir. Enggak banyak yang tahu, fakta di lapangan nuklir itu masih mahal jika dibandingkan EBT lainnya," ujar Arcandra di Bimasena Lounge, Kamis (19/4).

Arcandra menjelaskan, dalam menjalankan sebuah proyek pembangkit pemerintah juga tetap perlu memperhitungkan kemampuan masyarakat dalam membeli listrik. Apabila listrik yang diproduksi juga masih mahal, hal ini tidak akan bisa terserap oleh masyarakat. "Kita kan mau, listrik itu juga bisa dikonsumsi oleh masyarakat," ujar Arcandra.

Arcandra menjelaskan patokan harga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit sebesar 85 persen dari rata-rata BPP listrik nasional. Di satu sisi, menurutnya, untuk bisa mengembangkan PLTN Indonesia masih memiliki berbagai tantangan dan ini menjadi potensi penambahan cost operasional.

 

 
Berita Terpopuler