Sejarah Hari Ini: Israel Ledakkan Reaktor Nuklir Irak

Reaktor nuklir, ilustrasi
Rep: Puti Almas Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, Pasukan Israel meluncurkan serangan udara untuk meledakkan reaktor nuklir milik Irak yang terletak di Ibu Kota Baghdad pada 7 Juni 1981. Israel saat itu meyakini bahwa reaktor itu sebenarnya dirancang untuk membuat senjata nuklir.

Reaktor yang dikenal dengan nama Osirak itu diledakkan oleh pasukan Israel menggunakan bom jenis F-16. Israel memiliki kekhawatiran bahwa Irak tengah merancang untuk melakukan serangan terhadap mereka dengan menggunakan senjata nuklir.

Serangan bom itu menjadi yang pertama dilakukan terhadap sebuah reaktor nuklir di dunia. Beruntung, reaktor yang merupakan buatan Prancis itu saat diledakkan belum dilengkapi dengan bahan bakar nuklir. Sehingga, tidak ada kebocoran yang membahayakan lingkungan setempat.

Reaktor milik Irak disebut akan memiliki tenaga uranium dengan kapasitas 70 megawatt. Rencananya, reaktor itu dapat mulai difungsikan pada awal Juli atau September di tahun yang sama serangan Israel dilakukan.

Irak membantah bahwa reaktor itu digunakan untuk memproduksi senjta nuklir. Benda itu hanya akan difungsikan sebagai sumber energi yang dibutuhkan oleh negara Timur Tengah tersebut.

 


Prancis, Italia, dan Jerman Barat mencabut larangan ekspor daging sapi dari Inggris pada 7 Juni 1990. Dengan demikian, ketiga negara itu dapat menerima produk impor yang sebelumnya dikhawatirkan berbahaya.

Larangan ekspor daging sapi diberlakukan bagi Inggris pada Mei di tahun yang sama. Saat itu, meningkat ketakutan terhadap penyakit encephalopathy spongiform (BSE) atau yang lebih dikenal dengan istilah sapi gila.

Pencabutan larangan ekspor itu dicapai di Brussels, Belgia. Ketiga negara setuju untuk menerima daging sapi Inggris, dengan syarat  produk itu berasal dari peternakan yang 100 persen terbukti bebas BSE.

Sertifikat yang menyatakan daging sapi bebas dari BSE juga harus diikutsertakan saat proses ekpor oleh Inggris. Menteri Pertanian negara itu, John Gummer mengatakan, sangat senang dengan keputusan tiga negara tetangga dan ditambah dengan dukungan Komisaris Eropa bahwa produk mereka tetap dinilai aman.

 

 

 


 
Berita Terpopuler