WHO: Penggunaan Senjata Kimia di Suriah tak Bisa Ditoleransi

Edlib Media Center, via AP
Foto yang diambil kelompok antipemerintah Suriah Edlib Media Center yang telah diautentifikasi menunjukkan dokter menangani seorang anak menyusul dugaan serangan kimia di Kota Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah, 4 April 2017.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rabu (5/4), mengutuk dugaan penggunaan senjata kimia di Kota Kecil Khan Shikhoun, Suriah, dan menyatakan khawatir mengenai penggunaan bahan kimia beracun sebagai senjata di negara yang dicabik perang itu.

"Gambar dan laporan yang datang dari Idlib hari ini membuat saya terkejut, sedih dan marah," kata Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO Peter Salama, di dalam satu pernyataan.

"Senjata jenis ini dilarang oleh hukum internasional sebab merupakan kekejaman yang tak bisa ditolerir," ia menambahkan.

Kota Khan Shikhoun, yang terletak di pinggir selatan Idlib dan dikuasai gerilyawan, dilaporkan diserang dengan menggunakan bahan kimia pada Selasa (4/4), sehingga menewaskan tak kurang dari 70 orang dan melukai ratusan orang lagi. WHO memperingatkan daya tampung rumah sakit di daerah itu untuk melayani keperluan orang yang cedera terbatas di tengah kekurangan obat dan kerusakan prasarana.

Organisasi yang berpusat di Jenewa tersebut menyatakan WHO telah mengirim obat penting seperti Atropine dan Steroid untuk layanan kesehatan di daerah itu, dan para ahli yang berpusat di Turki memberi saran mengenai cara terbaik mendiagnosis dan merawat pasien yang terpengaruh.

 

 
Berita Terpopuler