Sejarah Hari Ini: Gempa Paling Mematikan di Dunia Terjadi di Cina

www.keyt.com
Gempa bumi (ilustrasi)
Rep: Fira Nursya'bani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Gempa bumi yang terjadi di Shaanxi, Cina, pada 23 Januari 1556, diperkirakan telah menewaskan sekitar 830 ribu orang. Bencana ini dianggap sebagai bencana alam paling mematikan sepanjang masa.

Sebuah gempa besar terjadi pada malam hari, yang diikuti dengan gempa susulan yang terus terjadi hingga hari berikutnya. Gempa yang melanda tengah-tengah wilayah padat penduduk itu, membuat ribuan bangunan ambruk dan jumlah korban tewas sangat banyak.

Penyelidikan ilmiah kemudian mengungkapkan, kekuatan gempa itu sekitar 8,0-8,3 skala Richter (SR). Pusat gempa berada di Lembah Sungai Wei di Provinsi Shaanxi, dekat Kota Huaxian, Weinan, dan Huayin.

Di Huaxian, setiap bangunan roboh, sehingga menewaskan lebih dari setengah penduduk kota yang jumlahnya diperkirakan mencapai puluhan ribu orang. Kondisi yang sama juga terjadi di Weinan dan Huayin.

Selain tertimpa bangunan, korban tewas juga banyak yang diakibatkan oleh tanah longsor yang dipicu gempa. Tanah longsor banyak terjadi di wilayah radius 300 mil dari pusat gempa.

Dilansir dari History, jika gempa bumi di Shaanxi ini merupakan bencana terburuk dalam sejarah moderen, maka gempa bumi dan tsunami di Indonesia pada 2004 lalu merupakan bencana paling mematikan kedua. Gempa yang melanda Aceh itu menewaskan lebih dari 200 ribu orang.

Selanjutnya: Pengobatan Diabetes Pertama dengan Suntik Insulin

Di rumah sakit umum Toronto, Kanada, remaja berusia 14 tahun bernama Leonard Thompson, menjadi orang pertama yang menerima suntikan insulin sebagai pengobatan untuk diabetes, pada 23 Januari 1922. Diabetes telah diakui sebagai penyakit sejak lebih dari 3.000 tahun lalu, namun penyebab pastinya masih menjadi misteri hingga abad ke-20.

Pada awal 1920-an, banyak peneliti menduga kuat diabetes disebabkan oleh kerusakan pada sistem pencernaan yang berhubungan dengan kelenjar pankreas, organ kecil yang berada di atas hati.

Pada saat itu, satu-satunya cara mengobati penyakit fatal ini adalah dengan melakukan diet rendah karbohidrat dan gula, serta diet tinggi lemak dan protein. Solusi ini memungkinkan penderita diabetes untuk bertahan hidup sekitar satu tahun lebih lama.

Sebuah terobosan datang dari Universitas Toronto pada musim panas 1921. Dilansir dari History, ilmuwan Frederick Banting dan Charles Best berhasil mengisolasi insulin dari hewan percobaan.

Hewan yang telah terkena gejala diabetes kemudian memulai program suntikan insulin untuk kembali ke kondisi normal. Pada 14 November, penemuan itu diumumkan kepada dunia.

Dua bulan kemudian, dengan dukungan J.J.R. MacLeod dari Universitas Toronto, dua ilmuwan itu memulai persiapan untuk pengobatan suntik insulin kepada manusia. Dengan bantuan ahli biokimia J.B. Collip, mereka mampu mengekstrak formula insulin murni dari pankreas sapi di rumah pemotongan hewan dan digunakan untuk mengobati Leonard Thompson.

Universitas Toronto segera memberi lisensi kepada perusahaan farmasi untuk memproduksi insulin, yang bebas dari royalti. Pada 1923, insulin telah tersedia secara luas dan telah menyelamatkan nyawa manusia yang tak terhitung jumlahnya di seluruh dunia. Banting dan Macleod kemudian dianugerahi Hadiah Nobel Kedokteran.

Selanjutnya: Inggris Izinkan Penjualan Senjata ke Afrika Selatan

Inggris telah mengizinkan penjualan senjata ke Afrika Selatan dalam Konferensi Commonwealth di Singapura, 23 Januari 1971. Kompromi yang ditulis dalam Deklarasi Prinsip Commonwealth itu dilakukan di tengah embargo PBB terkait penjualan senjata.

Rancangan asli deklarasi prinsip yang diajukan Zambia sebenarnya memaksa Inggris untuk melakukan kewajiban moral dan menjauhi negara persemakmuran dari diskriminasi. Namun rancangan terakhir yang disepakati 31 negara anggota justru menunjukkan diskriminasi ras dan seluruh anggota harus patuh pada pandangan Perdana Menteri Inggris.

"Ketika kita sudah memiliki PBB yang besar, saya melihat tidak ada gunanya membangun PBB yang kecil," kata Edward Heath, Perdana Menteri Inggris, dikutip BBC.

Meski telah menandatangani deklarasi prinsip itu, Presiden Kaunda dari Zambia tetap mengatakan negaranya akan membalas kekuatan yang menjual senjata ke Afrika Selatan.

"Ini adalah awal dari pertarungan panjang," kata dia.

Negara-negara di Afrika menentang penjualan senjata karena mereka merasa hal itu akan memperkuat kebijakan apartheid. Mereka juga takut negara Asosiasi Persemakmuran akan pecah dan Inggris mendapat dukungan dari Australia dan Kanada.

Pada akhirnya pemerintah Afrika Selatan tidak membuat pesanan senjata. Pada 1977 Dewan Keamanan PBB menegaskan sikap mereka untuk melakukan embargo penjualan senjata ke Afrika Selatan.

Embargo senjata PBB dicabut pada Mei 1994, tak lama setelah Nelson Mandela menjadi presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan.

 

South African National Defence Force) soldiers parade on the streets near the Union Buildings, where the body of former South African President Nelson Mandela will lie in state, in Pretoria December 12, 2013. 

 
Berita Terpopuler