Begini Cara Merawat Rumah Tangga

Wihdan Hidayat/Republika
Sepasang Suami-Istri (ilustrasi)
Rep: ahmad baraas Red: Damanhuri Zuhri

REPUBLIKA.CO.ID, Diana (37) sudah membina rumah tangga 12 tahun bersama Supri (38), dan sudah dua tahun terakhir keduanya menetap di Bali.

Supri bekerja sebagai salah seorang manager di salah satu hotel berbintang di kawasan Nusa Dua Bali, jabatan terbaik yang pernah didapatnya sejak mereka berumah tangga. Supri warga Jakarta, sedangkan Diana perempuan kelahiran Sunda.

Kendati sudah berumah tangga 12 tahun lamanya, mereka belum dikaruniai anak, setelah sebelumnya Diana mengalami keguguran di usia enam bulan kandungannya pada 2007 lalu.

Karena keinginannya yang besar untuk membahagiakan istrinya, Supri memutuskan menerima mutasi dari kantornya ke Bali dua tahun lalu, karena memperoleh jabatan yang lumayan itu.

Enam bulan setelah Supri pindah ke Bali, Diana menyusul. Dia meninggalkan pekerjaannya di Jakarta, agar bisa berdekatan dengan suaminya.

Bali mereka jadikan sebagai tujuan berhijrah, untuk meningkatkan ekonomi keluarga dan juga untuk kebahagiaan rumah tangganya. Suasana harmoni sehari-hari mewarnai kehidupan rumah tangga mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, Ternyata kebahagiaan itu tidak mampu berlangsung lama. Gaji Supri yang besarnya puluhan juta per bulan, ternyata tidak menjadi jaminan mereka bisa hidup berbahagia.

Kini Diana mengajukan cerai talak di Pengadilan Agama (PA) Denpasar, dengan alasan mereka sering cekcok dan tidak ada kecocokan lagi. Kehidupan dan cita-cita mereka berumah tangga nyaris bubar.

"Suami saya tidak bisa menjadi imam yang baik, tidak bisa mendidik saya menjadi seorang muslimah yang taat beragama," ungkap Diana dalam sebuah mediasi yang dilakukan di Pengadilan Agama Denpasar, Bali.

Ilustrasi di atas, disampaikan Ketua Pengadilan Agama Denpasar, Ketut Imaduddin Jamal, menceritakan pengakuan pasangan suami istri yang sedang berperkara di Pengadilan Agama Denpasar. Nama dan identitas Diana dan Supri adalah nama samaran, mengingat persidangan di Pengadilan Agama bersifat tertutup.

Menurut Imaduddiin, kasus Diana dan Supri merupakan salah satu gambaran kasus perceraian yang ada di PA Denpasar. Sebagian besar permohonan cerai talak diajukan pihak istri dengan alasan suami tidak bisa mendidik istrinya dengan baik dalam beragama.

"Saya ingin suami saya menjadi imam yang baik, tetapi itu tidak kunjung datang. Saya lelah, sudah 12 tahun kami berkeluarga, terus-terusan cekcok," ungkap Diana menjelaskan permasalahannya.

REPUBLIKA.CO.ID, Supri mengakui khilaf. Dia bekerja sejak pagi hingga malam karena kesibukan sebagai manager di perusahaan.

Dia mengakui sesampai di rumah sering kelelahan dan tidak sempat bercengkerama lagi dengan istrinya. Tidur di sofa, tidak shalat isya, tidak shalat subuh, karena terbangun setelah matahari terbit.

"Saya menyesal, saya ingin memperbaiki keadaan ini," kata Supri. Tapi Diana masih keukeuh, merasa tak yakin suaminya bisa memperbaiki diri. Sudah berulang kali penyelesalan Supri, tapi diulangi lagi, hingga Diana memutuskan mengajukan gugatan cerai ke pengadilan.

Menurut Imaduddin, agama sekarang ini tidak menjadi panglima lagi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa menjadi ancaman bagi keutuhan keluarga, sementara godaan kemajuan teknologi melalui media sosial, kerap mengganggu setiap rumah tangga.

Gugatan cerai yang masuk ke Pengadilan Agama Denpasar memang tidak selalu karena agama, karena ada juga penyebab lain, seperti masalah ekonomi keluarga atau fakor komunikasi yang tidak terbangun dengan baik.

Tetapi bagaimana pun, bila pasangan suami istri memiliki kesadaran agama yang baik, akan menjadi benteng yang menjaga keutuhan rumah tangga mereka.

"Tentunya agama bukan hanya dari sisi wacana saja, tetapi yang penting dari sisi pengamalannya," kata Imaduddin menerangkan.

 
Berita Terpopuler