Sejarah Hari Ini: NATO Jatuhkan Bom di Kedubes Cina

RT
Bekas Kedutaan Cina di Beograd yang dibom NATO pada 1999.
Rep: Melisa Riska Putri Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Kota besar di Cina menjadi saksi demonstrasi terbesar selama bertahun-tahun. Penduduk Cina yang marah membanjiri kota dalam menanggapi perusakan bom NATO di Kedutaan Cina di Beograd yang menewaskan empat orang.

Ratusan siswa meneriakkan slogan-slogan anti-Amerika dan anti-NATO. Mereka berdemo di Shanghai, Chengdu dan Guangzhou. Di Beijing, sekitar 100 ribu orang menyerbu distrik kedutaan, berkumpul di jalan-jalan yang penuh dengan batu dan botol rusak dari protes sebelumnya.

Bus berisi mahasiswa menuju keluar dari kampus di seluruh kota. Tindakan ini tampaknya sengaja didorong pihak berwenang. Kediaman Konsul Jenderal AS di selatan barat Chengdu diserbu dan sebagian dibakar.

NATO mengatakan, pilot yang menghantam kedutaan 8 Mei 1999 dini hari dengan bom itu adalah kesalahan. Pilot keliru menjadikan kedutaan sebagai terget militer yang sah. Pada sidang darurat Dewan Keamanan PBB, duta besar Cina menuduh NATO melakukan kejahatan perang.

Presiden Rusia Boris Yeltsin mengutuk pengeboman sebagai pelanggaran hukum internasional. Ia juga menyerukan untuk segera mengakhiri serangan udara di Serbia. Televisi negara Serbia melaporkan, Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic menyampaikan simpati mendalam kepada korban.

Presiden Clinton juga menyampaikan penyesalan mendalam kepada rakyat Cina. Namun ia mengatakan, pengeboman adalah kecelakaan, bukan tindakan barbar.

Selanjutnya: Suriah Mengancam Kekuatan di Beirut

 

Pada 8 Maret 1988, Suriah mengisyaratkan untuk pertama kalinya mungkin mengirim pasukan untuk menghentikan pertumpahan darah di daerah kumuh Beirut selatan. Setidaknya 150 orang tewas dalam pertempuran di empat hari terakhir. Lebih dari 400 orang terluka, banyak dari mereka warga sipil, dirawat di rumah sakit.
 
Pertempuran antara milisi Amal yang didukung Suriah dan Hizbullah pro-Iran adalah untuk mengontrol pinggiran selatan. Di sana diyakini para sandera Barat termasuk Terry Waite ditahan.

Ribuan warga telah mengungsi untuk menghindari kekerasan. Banyak yang mencari perlindungan ke kerabat atau teman-teman yang tinggal di bagian kota yang lebih aman.

Kepala intelijen militer Suriah Brigadir Ghazi Kanaan telah mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Lebanon Selim al-Hoss. Ketika ditanya apakah Suriah akan mengerahkan pasukan di pinggiran selatan dalam mendukung para pejuang Amal, Kanaan menjawab: "Kami berharap itu tidak akan sampai ke sana, tapi saya tidak akan membiarkan situasi terus seperti itu,".

Intervensi Suriah bisa menyebabkan korban lebih banyak. Serangan terhadap Muslim fundamentalis Suni di utara kota Tripoli pada 1985 menyebabkan sedikitnya 300 orang tewas dan ribuan terluka.

Selanjutnya: Mantan Perdana Menteri Italia Tewas Dibombardir Peluru
 

Pada 9 Mei 1978, jasad mantan perdana menteri Italia Aldo Moro ditemukan di belakang mobil di pusat bersejarah Roma. Jasadnya dipenuhi dengan peluru. Aldo Moro diculik oleh teroris Brigade Merah pada 16 Maret setelah baku tembak berdarah dekat rumah pinggiran kotanya.

Pemerintah Italia menolak bernegosiasi dengan kelompok sayap kiri ekstrem tersebut yang telah memberi berbagai ancaman. Moro dieksekusi pada 9 Mei.

Aldo Moro diangap banyak orang sebagai orang yang mampu menjadi politisi Italia pascaperang Dunia II. Seorang pemimpin sentris dari Partai Demokrat Kristen, Moro menjabat lima kali sebagai perdana menteri sejak 1960 dan dipromosikan kerja sama dengan partai-partai politik Italia yang berbeda.

Pada 11 Maret 1978, Moro membantu mengakhiri krisis pemerintahan ketika bekerja di luar koalisi parlemen antara Partai Komunis dan Demokrat Kristen. Hanya lima hari kemudian, mobil Moro diserang oleh belasan teroris Brigade Merah bersenjata. Lima penjaganya tewas dan Moro diculik dan dibawa ke sebuah lokasi rahasia.
 
Pada 18 Maret, Brigade Merah mengeluarkan pernyataan bertanggung jawab atas penculikan Moro dan akan membawanya ke persidangan rakyat. Pada 19 Maret dan 4 April, muncul sebuah surat yang ditulis Moro memohon pemerintah untuk bernegosiasi. Pemerintah berusaha melakukan pembicaraan rahasia, tetapi pada 15 April Brigade Merah menolak negosiasi ini dan mengumumkan Moro dinyatakan bersalah dalam sidang rakyat dan dijatuhi hukuman mati.

Pada 7 Mei, Moro mengirim surat perpisahan kepada istrinya. "Mereka mengatakan kepada saya mereka akan membunuh saya sebentar lagi, Aku menciummu untuk terakhir kalinya," tulis Moro.

Dua hari kemudian, jasadnya ditemukan di Via Caetani, 300 yard dari markas besar Partai Demokrat Kristen dan 200 kilometer dari markas Partai Komunis. Berdasarkan keinginan yang diungkapkan Moro selama penculikannya, tidak ada politisi Italia diundang pada pemakamannya. Selama dekade berikutnya, banyak pemimpin dan anggota Brigade Merah ditangkap.

 

 
Berita Terpopuler