Australia Mengaku Mampu Luncurkan Serangan Siber

Hacker (ilustrasi)
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pemerintah Australia telah mengakui untuk pertama kalinya memiliki kemampuan  meluncurkan serangan cyber (dunia maya).

Pengakuan ini muncul di saat Perdana Menteri Malcolm Turnbull memperkenalkan Strategi Keamanan Siber senilai 230 juta dolar AS (atau setara Rp 2,3 triliun), yang bertujuan menguatkan pertahanan Australia melawan serangan online pada individu, bisnis dan pemerintah yang diperkirakan menimbulkan biaya ekonomi sebesar 17 miliar dolar setahun (atau setara Rp 170 triliun) setahun.

Rencana lima tahap ini akan terus membangun kemitraan nasional antara pemerintah dan bisnis; memperkuat pertahanan; menunjuk seorang duta besar untuk mendorong terciptanya internet terbuka, bebas dan aman; mendorong inovasi melalui pusat pertumbuhan yang dipimpin industri; dan meningkatkan kesadaran serta mengembangkan pusat keunggulan.

Baca: Australia Anggarkan Satu Miliar Dolar demi Keamanan Siber

Australia adalah salah satu target utama dari serangan oportunis, penjahat dan negara-negara lain.

Tahun lalu, sebuah gangguan berbasis negara yang dialamatkan ke Biro Meteorologi Australia -- yang telah menginfeksi seluruh jaringan komputernya -- terungkap. Ancaman itu terus-menerus ada, bertujuan untuk mencuri informasi, dan akan menimbulkan biaya ratusan juta dolar untuk memperbaikinya.

Biro ini memiliki tautan langsung ke Departemen Pertahanan Australia dan beberapa pejabat mengatakan mereka percaya serangan siber itu diluncurkan dari Cina.

Pelanggaran keamanan siber tak pernah dikonfirmasi oleh pemerintah tetapi dipahami ada perdebatan aktif mengenai perlunya mengubah pendekatan itu, karena adanya permintaan yang meningkat terhadap bisnis untuk menjadi lebih transparan tentang serangan pada sistem mereka.

Dalam isyarat yang jelas, ada perubahan berpikir di bawah kepemimpinan Malcolm Turnbull, Australia mengumumkan  kapasitasnya untuk menyerang di dunia maya adalah bagian dari susunan pertahanannya.

Tercantum di halaman 21 dari Strategi Keamanan Siber, PM Turnbull menyatakan "Kemampuan defensif dan ofensif Australia di dunia maya memungkinkan kami untuk mencegah dan menanggapi ancaman serangan siber."

Ini adalah pertama kalinya Pemerintah Australia membuat pengakuan dan disebut-sebut hal ini adalah refleksi dari minat sang PM terhadap strategi siber dan ia sedang mencoba memecah sikap menghindari risiko birokrasi.

Biaya langsung yang dikeluarkan warga Australia akibat kejahatan siber telah diperkirakan mencapai 1 miliar dolar (atau setara Rp 10 triliun) per tahun, namun laporan itu mengatakan, kerugian di seluruh dunia dari serangan siber diperkirakan mencapai satu persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jika ukuran itu digunakan, efek nyata pada Australia lebih dekat ke 17 miliar dolar (atau setara Rp 170 triliun).

Namun pernyataan Perdana Menteri dalam strategi itu mengatakan, ada peluang serta ancaman dalam membangun kepercayaan online dan itu berhadapan dengan rencana Pemerintah untuk transisi ke ekonomi baru dan lebih-beragam.

"Sebuah dunia maya yang aman memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada individu, bisnis dan sektor publik untuk berbagi ide dan informasi serta berinovasi secara online," sebutnya.

Untuk membangun itu, akan ada respons bersama dari pemerintah dan sektor swasta, dengan Perdana Menteri memimpin pertemuan keamanan tahunan dengan para pemimpin bisnis dan adanya pengangkatan asisten menteri baru untuk keamanan siber.

Strategi ini mengatakan, dana sebesar 230 juta dolar (atau setara Rp 2,3 triliun), selama empat tahun ke depan, akan diinvestasikan dalam inisiatif yang memiliki lima tema:

• Membangun kemitraan keamanan siber nasional

• Membuat pertahanan dunia maya yang kuat untuk mendeteksi, mencegah dan menanggapi ancaman

• Mengambil peran kepemimpinan global untuk menyediakan internet gratis dan menutup akses peretas

• Fokus pada pertumbuhan dan inovasi

• Membangun bangsa siber yang cerdas dengan membangun keterampilan dan kesadaran

Hampir sebesar 39 juta dolar (atau setara Rp 390 miliar) dari dana itu akan diperuntukkan bagi pembangunan rumah baru Pusat Keamanan Siber Australia yang memberikan akses lebih baik ke sektor swasta.

Sebanyak 47 juta dolar (atau setara Rp 470 miliar) lainnya akan dihabiskan untuk pusat data ancaman dan sebesar 36 juta dolar (atau setara Rp 360 miliar) lainnya akan mengangkat kemampuan intelijen dan investigasi. Kemudian, sebanyak 30 juta dolar berikutnya akan digunakan untuk mendirikan Pusat Pengembangan Keamanan Siber yang diprakarsai industri.

 
Berita Terpopuler