Strategi Kemenpar Tingkatkan Daya Saing SDM Pariwisata

Wisatawan asing mendengarkan penjelasan pemandu wisata di kawasan Kota Tua, Jakarta, Ahad (10/1). (Republika/Tahta Aidilla)
Red: Hazliansyah

REPUBLIKA.CO.ID, -- Penguasaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris masih menjadi salah satu penyebab rendahnya daya saing SDM Pariwisata Indonesia. Selain itu juga faktor penguasaan teknologi informasi dan manajerial.  

Ahman Sya, Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan (BPKK) Kementerian Pariwisata dalam Rapat Kerja Nasional (Rakornas) SMK se-Indonesia di Batam mengatakan, SMK Pariwisata sebagai pencetak SDM diharapkan dapat melakukan penguatan materi terhadap tiga hal tersebut.

"Tiap SMK sudah mengajarkan tiga hal itu, tinggal kita lakukan penguatan," ujar Ahman Sya.

Setelah melakukan penguatan materi, tiga hal tersebut juga akan dimasukkan ke dalam komponen penilaian sertifikasi.

"Termasuk juga sertifikasi yang dilakukan industri, mulai tahun ini akan kita tambahkan tiga hal itu. Hal ini agar posisi tawar SDM Pariwisata kita di ASEAN dapat meningkat," kata dia.

Ahman Sya mengatakan pihaknya akan melakukan monitoring terhadap SMK Pariwisata terkait hal ini. Menurutnya dibutuhkan komitmen bersama untuk dapat mendorong kesuksesan pembangunan SDM Pariwisata Indonesia. Terutama melalui sektor pendidikan.

"Kalau tidak commited (komitmen,red) tahun depan kita tidak undang lagi. Ini serius, supaya menjadi motivasi SMK lain dalam meningkatkan kualitas. Jadi rakor bukan hanya menghasilkan kesepakatan tertulis, tapi juga implementasinya dalam rangka mengisi kekurangan yang ada," ujar Ahman Sya.

Tingkat daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata Indonesia di ASEAN pada tahun 2015 berada di peringkat lima di bawah Singapura, Thailand, Malaysia dan Filipina.


Sedangkan untuk tingkat dunia, Indonesia berada di rangking 53 dari 141 negara. Posisi Indonesia tertinggal jauh dari Singapura dan Filipina yang ada di peringkat tiga dan 42.

Pada 2017 daya saing SDM pariwisata Indonesia ditargetkan mampu berada di peringkat ke-3 Asean, bahkan pada 2018 bisa di urutan pertama.

Lebih lanjut Ahman Sya mengatakan, Kementerian Pariwisata juga akan melakukan kerja sama dengan Kemenristek Dikti untuk membentuk akademi komunitas pariwisata di 10 daerah prioritas pembangunan pariwisata Indonesia. Seperti di Danau Toba, Bromo, Borobudur, Wakatobi, Raja Ampat dan lainnya. Akademi berbasis komunitas ini setara dengan pendidikan DI dan DII.

"Misalnya di Wakatobi mereka butuh SDM untuk wisata selam. Maka akan dibentuk Akademi Komunitas Wisata Selam Wakatobi. Begitu juga di daerah lain, disesuaikan dengan kebutuhan," kata dia.

Semua ini dikatakan Ahman Sya sejalan dengan semangat Menteri Pariwisata dalam menciptakan Bali-Bali baru di tanah air.






 
Berita Terpopuler