Mesir Khawatir dengan Okupasi Israel di Tepi Barat

Antara/Sigid Kurniawan
Sejumlah delegasi berbincang jelang pembukaan KTT Luar Biasa ke-5 OKI di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (7/3).
Rep: Qommarria Rostanti/Gita Amanda Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) merupakan dukungan untuk mengakhiri kebrutalan pendudukan (okupasi) Israel. Kebrutalan Israel di tanah pendudukan semakin mengkhawatirkan.

"Mesir khawatir dengan pendudukan Israel dan perluasan di Tepi Barat," ujar Ketua KTT ke-12 OKI  Sameh Shoukry di Jakarta, Senin (7/3).

Untuk itu, perlu adanya proses perdamaian dan perkembangan solusi dua negara. Mesir menaruh perhatian mendalam terhadap pendudukan Israel dan ketegangan kota suci Al-Quds, Yerussalem. Kota tersebut mengalami kebrutalan dari aksi pendudukan Israel.

"Kami harus bantu program pembangunan untuk warga Palestina. Mesir melakukan yang terbaik. Mesir mendukung rehabilitasi Gaza," kata Menteri Luar Negeri Mesir ini.

Pertemuan ini merupakan permintaan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Konferensi yang dilaksanakan dua hari ini untuk membahas dan menghadapi pelanggaran yang dilakukan Israel di Al-Quds al-Sharif, serta memusatkan kembali isu soal Palestina berdasaran kerangka kerja OKI.

Baca juga, Abbas Ajak Anggota OKI Perkuat Pertahanan Al Aqsa.

 

 
Berita Terpopuler

Pendapat dari Akademisi Hingga UAS Atas Polemik Salafi 'Kuasai' Masjid NU dan Muhammadiyah

Digempur Pejuang Palestina, Israel Mundur dari Al Zaytoun

Lima Fakta Misteri Pembunuhan Vina, Eky Sang Pacar Ternyata Anak Polisi

Pemerintah Akui Lengah Terkait Bencana Banjir Bandang di Sumbar yang Kali Ini Mematikan

Viral Dugaan Sekte Sesat di Bali, Sandiaga Klaim Sudah Tahu Lokasinya

Pihak Berwenang Rusia Kembali Tangkap Pejabat Tinggi Kementerian Pertahanan

Mesin Pesawat Garuda Bawa Jamaah Haji Terbakar, Ini Kronologinya Menurut Dirut Garuda

Liverpool Lakukan Upaya Baru untuk Penyerang Real Madrid Rodrygo

Misteri Kematian Vina, Polisi Rilis Pembunuh, Kepala Desa Mengaku tak Kenal

Salafi Bahayakan Negara Ancam Persatuan Umat, akankah Dilarang Seperti Malaysia?