Sejarah Hari Ini: Ratu Elizabeth I Menerima Mahkota

all-that-is-interesting.com
Ratu Elizabeth I
Rep: Melisa Riska Putri Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Dua bulan setelah kematian adik tirinya, Ratu Mary I dari Inggris, Elizabeth Tudor (25 tahun) putri dari Henry VIII dan Anne Boleyn mengambil alih kerajaan. Ia dimahkotai pada 15 Januari 1559 di Westminster Abbey, London.

Kedua saudara perempuan ini memiliki hubungan buruk selama lima tahun pemerintahan Mary. Mary dibesarkan sebagai seorang Katolik dan memberlakukan undang-undang pro Katolik, sementara Elizabeth merupakan Protestan. Ia bahkan pernah dipenjara oleh Mary karena diduga terlibat dalam pemberontakan Protestan.

Di awal pemerintahannya, Elizabeth segera membuat kebijakan penguatan Protestan. Ia dengan bimbingan sekretaris negara William Cecil mencabut undang-undang pro Katolik dan mendirikan gereja Protestan permanen Inggris.

Kebijakannya ini membuat ia ditentang oleh Paus yang menolak legitimasi dan Spanyol, bangsa Katolik yang berada di puncak kekuasaan. Pada 1558, persaingan Inggris-Spanyol menyebabkan invasi Spanyol di Inggris gagal. Armada Spanyol, kekuatan angkatan laut terbesar dunia saat itu, dihancurkan oleh badai dan angkatan laut Inggris yang gigih.

Dengan meningkatnya dominasi Inggris di laut, Elizabeth mendorong penemuan pelayaran seperti pengelilingan dunia Sir Francis Drake dan ekspedisi Sir Walter Raleigh ke pantai Utara.

Pemerintahan panjang Elizabeth yang dikenal sebagai 'Ratu Perawan' karena keengganannya membahayakan otoritasnya melalui pernikahan membuahkan hasil bertepatan dengan Renaisans Inggris. Dengan kematiannya pada 1603, Inggris menjadi kekuatan utama dunia dalam segala hal dan membawanya ke dalam sejarah sebagai salah satu penguasa Inggris terbesar.

Selanjutnya: Gempa Nepal Terburuk Tewaskan Belasan Ribu Orang

 

 

Gempa bumi Nepal-Bihar pada 1934 adalah yang terburuk dalam sejarah gempa bumi di Nepal dan India. Gempa dengan kekuatan 8,2 Skala Richter pada 15 Januari 1934 itu menyebabkan kerusakan yang luas di utara Bihar dan Nepal.

Semua bangunan di tiga kota Nepal, Kathmandu, Bhaktapur dan Patan hampir runtuh. Retakan besar muncul di permukaan tanah dan menyebabkan beberapa jalan rusak di Kathmandu. Namun, candi Pashupatinath tidak mengalami kerusakan.

Pusat gempa berada di Nepal timur, sekitar 10 kilometer selatan Gunung Everest. Kerusakan terjadi di sepanjang Purnea-Kathmandu ke Munger dengan jarak 465 kilometer. Gempa juga dirasakan di Kolkata, sekitar 650 kilometer dari pusat gempa.

Banyak bangunan yang rusak. Menara katedral St Paulus bahkan runtuh.

Jumlah korban tewas yang tercatat di Bihar adalah 7.253 orang. Di Nepal korban mencapai 10.800 hingga 12 ribu orang. Mahatma Gandhi turut mengunjungi Bihar. Ia menulis gempa tersebut adalah campur tangan takdir atas kegagalan India dalam membasmi kasta.

Selanjutnya: Putri Diana Larang Penggunaan Ranjau Darat

 

 

Hari ini pada 1997, Putri Diana telah membuat marah para menteri pemerintah setelah menyerukan larangan internasional atas penggunaan ranjau darat. Komentarnya tersebut dibuat selama kunjungan ke Angola untuk melihat sendiri beberapa korban ranjau darat.

Menteri Pertahanan Junior Inggris Earl Howe telah menjelaskan kepada sang putri dan merasa putri kurang informasi tentang masalah ranjau darat.

"Kebijakan pemerintah mengenai hal ini telah menjadi salah satu sangat berhati-hati dan pernyataan yang dibuat oleh Princess of Wales belum sejalan dengan kebijakan itu," kata Peter Viggers, anggota panitia pemilihan pertahanan.

Pemerintah terlibat dalam negosiasi internasional untuk larangan seluruh dunia pada ranjau darat. Sedangkan tentara Inggris masih menggunakan ranjau darat.

Sang putri telah bersikeras kepada jajarannya atas komentarnya yang menyebabkan kebingungan. Semua ini ia coba lakukan untuk membantu.

Ia di Angola sebagai tamu Palang Merah Internasional yang menekan penggunaan larangan ranjau darat. Buruh menyambut intervensi oleh sang putri. Mereka mendukung panggilan untuk moratorium internasional tentang penggunaan ranjau antipersonel.

 

 
Berita Terpopuler