Muhasabah Jadi Sesi Favorit Zikir Nasional Republika

Ustaz Arifin Ilham memimpin doa Dzikir Nasional 2015 di Masjid At-Tin, Jakarta, Kamis (31/12). (Republika/Raisan Al Farisi)
Rep: sri handayani Red: Damanhuri Zuhri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rangkaian shalat, shalawat, dan ayat-ayat Alquran terus berkumandang di Masjid at-Tin, Kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sejak Kamis (31/12) hingga Jumat (1/1).

Tak hanya di dalam masjid, masyarakat dari berbagai daerah pun ikut memenuhi serambi dan halaman masjid.

Kehadiran Zikir Nasional yang diselenggarakan Republika untuk ke-13 kalinya masih mendapat sambutan hangat dari masyarakat. "Saya sudah ikut empat kali berturut-turut,'' ungkap Novi, seorang jamaah dari Bambu Apus kepada Republika.

Selain karena rumahnya dekat, ia ingin memperkenalkan Zikir Nasional Republika, sebuah kegiatan positif kepada anak-anaknya di malam tahun baru.

Novi mempunyai dua anak remaja. Awalnya ia rutin mengajak anak-anaknya. Belakangan, beberapa pekan sebelum hari-H, anak-anaknyalah yang tampak menanti-nanti untuk menghadiri Zikir Nasional Republika.

Beberapa pekan sebelumnya, mereka akan bertanya dan memastikan bahwa orang tua mereka akan datang. Selama tiga kali berturut-turut, Novi selalu datang bersama suami dan dua anaknya. Tahun ini, ia juga membawa rombongan keluarganya dari Cikarang. Mereka tampak penuh persiapan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malam itu Novi dan keluarga besarnya duduk menggelar tikar di selasar Masjid at-Tin. Tak hanya alas, ia membawa alat shalat dan makanan. "Ayo, Mbak makan bareng. Kita sudah siapin semuanya ini dari rumah," kata dia sembari membagikan makanan.

Novi mengenang pertama kali datang ke acara Zikir Nasional Republika. Ketika itu, ada satu sesi yang begitu menyentuh hatinya, yaitu muhasabah bersama Ustaz Arifin Ilham.

Ia dan anak-anaknya kembali datang setiap tahun untuk mengikuti sesi yang sama. "Tahun lalu ramai sekali. Saya sampai bawa minum banyak sekali. Masjid ini penuh," kata dia.

Meninggalkan Novi dan keluarganya, Republika berpindah ke lantai III Masjid at-Tin. Salah seorang jamaah, Ina Januarti, mengatakan awalnya ruangan di lantai III masih cukup longgar. Begitu sesi muhasabah berlangsung, banyak jamaah masuk dan ruangan menjadi penuh. 

Di lantai II, Ustaz Arifin mulai berbicara. Ia meminta seluruh jamaah menghadap ke arah kiblat. Lantunan shalawat dan istighfar mengalir diiringi dari pimpinan Pondok Pesantren Adz-Dzikra ini. Isak tangis terdengar di antara suara seraknya yang khas. 

Para jamaah pun terdiam. Mereka duduk mendengarkan nasihat-nasihat yang meluncur dengan khusyuk dari sang ustaz kharismatik. "Laailaaha illa anta subhaanaka inni kuntu minadz dzolimin.

Bacaan tahlil ini dibaca berulang kali, membawa para jamaah mengingat kekuasaan Allah SWT dan segala dosa yang diperbuat di masa lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian jamaah mulai menangis. Para ibu tetap berdoa walau sembari menggendong anaknya yang tertidur di antara lantunan tahlil dan istighfar. Mereka menengadahkan doa memohon ampun kepada Allah SWT.

"Siapa di sini yang ingin masuk surga?" Ustaz Arifin mengajak para jamaah mengangkat tangannya ke atas. Seruan ini disambut oleh ribuan jamaah yang hadir.

Tak jauh dari lokasi Zikir Nasional, kembang api mulai berdentum beberapa kali. Bunyi terompet tahun baru samar-samar terdengar.

Jalanan padat dengan kendaraan hingga tak mampu melanjutkan gerak. Ojek online yang biasanya beroperasi sepanjang hari enggan mengantarkan pelanggan karena macetnya jalanan ibu kota.

Para jamaah di Masjid at-Tin memilih khusyuk dengan muhasabah dan pertobatan diri. Mereka berjanji untuk selalu memperbaiki diri dan membaca istighfar minimum 100 kali setiap hari. Mereka berdoa untuk kehidupan yang lebih baik di tahun mendatang.

Walau Zikir Nasional Republika telah usai, para jamaah masih setia duduk di ruang-ruang hening mereka masing-masing. Sebagian membaca Alquran, mendirikan shalat malam, sebagian lagi tertidur kelelahan.

Keramaian ini masih tampak hingga pagi hari. Para jamaah shalat Shubuh masih penuh. Selasar dan serambi masjid masih ramai. Tak terasa tahun 2015 telah meninggalkan begitu banyak kenangan dan pelajaran.

 
Berita Terpopuler