Indonesia Ternyata Sudah Pesan UAV Israel Sejak 2006

www.israeli-weapons.com
Pesawat pengintai Israel.
Rep: Erik Purnama Putra Red: Dewi Mardiani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia ternyata sudah memesan pesawat intai tanpa awal (unmanned aerial vehicle-UAV) sejak tahun 2004. Hal ini diakui Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Syarfrie Syamsuddin, Kamis (9/2). Menurutnya, pembelian pesawat karya Israel Aerospace Industries (IAI) tersebut dilakukan dengan sistem pemesanan kepada Kital Philippine Corporation (KPC) dan kontraknya diteken pada 2006.

Menurut Syafrie, pembelian UAV itu murni berdasarkan pertimbangan teknologi dan bukan politik. Pada tahap pertama, diharapkan dua pesawat intai itu datang tahun ini dengan harga 16 juta dolar AS alias Rp 72 miliar per unit. "Teknologi itu borderless. Tidak punya batas teritorial. Tidak ada korelasi antara teknologi dan politik," kata Syafrie di gedung Kementerian Pertahanan (Kemenhan).

Dikatakannya, Indonesia sebelumnya hanya pinjam pesawat intai kalau melakukan operasi intelijen ke negara tetangga. Karena makin lama pemerintah punya anggaran lebih, maka Kemenhan mengalokasinnya untuk membeli pesawat intai melalui perusahaan Filipina. Ini setelah dilakukan simulasi dan teknologi Israel yang terbaik dibanding Belanda maupun Rusia.

Syafrie menegaskan pihaknya tidak salah pilih dalam membeli pesawat intai Israel. Karena jenis pesawat yang dibeli mampu menjelajah hingga radius 250 kilometer dan terbang melakukan operasi intelijen hingga 15 jam. "Ini kontraknya sudah 2006, dan tahun ini dikirim," terang Syafrie.

 
Berita Terpopuler