Sabtu 09 Dec 2023 09:29 WIB

Aktivis Skolandia: Jerman Takut Lawan Israel karena Dihantui Sejarah

Retorika saat ini sama dengan bahasa di masa Adolf Hitler.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Warga Palestina yang terluka akibat pemboman Israel di Jalur Gaza tiba di sebuah rumah sakit di Khan Younis pada Jumat (8/12/2023).
Foto: AP Photo/Mohammed Dahman
Warga Palestina yang terluka akibat pemboman Israel di Jalur Gaza tiba di sebuah rumah sakit di Khan Younis pada Jumat (8/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Aktivis dari Skotlandia mengecam perang Israel di Gaza dan menyebutnya sebagai genosida dan kejahatan perang. Mereka menyerukan adanya kemunafikan negara-negara Barat, standar ganda, dan keengganan banyak negara untuk menghentikan serangan mematikan terhadap warga Palestina.

Anggota Kampanye Solidaritas Palestina Skolandia Muna Ausat menuturkan apa yang terjadi sekarang di Jalur Gaza benar-benar adalah genosida. "Saya menggunakan kata ini sebagai orang awam, tetapi ketika suatu negara mencoba memusnahkan populasi negara lain, bagi saya, itu adalah genosida. Ini keterlaluan," katanya, dilansir Middle East Monitor, Jumat (8/12/2023).

Baca Juga

Ausat juga mengecam pemerintah Israel yang ekstremis, sayap kanan, dan Zionis, atas serangan dahsyatnya di Gaza. Serangan ini telah membuat hampir 17.200 warga Palestina gugur, melukai lebih dari 46 ribu orang, dan membuat hampir 2 juta orang mengungsi.

Ausat, yang merupakan keturunan Jerman ini, mengatakan kakek dan neneknya berada di Jerman selama Perang Dunia II, sedangkan ibunya masih remaja saat itu. "Saya tahu Jerman sangat malu dengan sejarah mereka, dan sekarang Jerman sangat takut melawan Israel karena sejarah tersebut," katanya.

Dia menambahkan, banyak penyintas Holocaust yang menyebutkan bahwa semua retorika yang dilontarkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir, dan semua politikus ekstremis ini adalah bahasa yang sama yang digunakan pada saat itu, yakni di masa Adolf Hitler.

Merujuk pada sejarah, Ausat menekankan bahwa masyarakat Palestina pernah hidup harmonis dengan masyarakat Yahudi dan Kristen. "Itu adalah situasi kehidupan yang harmonis sampai Inggris ikut terlibat, dan sekarang Amerika secara membabi-buta mendukung rezim fasis Netanyahu," tambah Ausat.

Dia dengan keras mengkritik ide gencatan senjata. "Apa gunanya mengizinkan dokter datang hanya untuk memberikan pengobatan sehingga setelah gencatan senjata selesai, mereka dapat dibom dan terluka lagi? Kita harus menghentikan perang," tuturnya.

Aktivis asal Skotlandia ini mengatakan bahwa pengalamannya di Tepi Barat yang diduduki pada awal tahun ini menunjukkan kepadanya seperti apa kehidupan warga Palestina yang menghadapi penindasan Israel. "Mereka terjebak di pos pemeriksaan, menyaksikan bagaimana senjata diarahkan ke arah kami sepanjang waktu," ujarnya.

Dia juga menyinggung soal Hamas yang disebut sebagai organisasi teroris. Justru, dia mengatakan, yang teroris adalah pasukan pertahanan Israel IDF.

"Mereka telah membunuh, selama 75 tahun terakhir, anak-anak, remaja, anak muda yang tidak bersalah dan menghancurkan keluarga serta rumah mereka," kata Syed Ali Ausat, anggota lain pada Kampanye Solidaritas Palestina Skotlandia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement