Sabtu 09 Dec 2023 09:24 WIB

Terbaru, 350 Warga Palestina Gugur di Gaza dalam 24 Jam

Tentara pendudukan Israel sengaja menargetkan ambulans dan tim perlindungan sipil.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Seorang anak Palestina yang terluka akibat pemboman Israel di Jalur Gaza dirawat di Khan Younis pada Jumat (8/12/2023).
Foto: AP Photo/Mohammed Dahman
Seorang anak Palestina yang terluka akibat pemboman Israel di Jalur Gaza dirawat di Khan Younis pada Jumat (8/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza Ashraf Al-Qudra menyatakan 350 warga Palestina telah terbunuh dan 900 lainnya mengalami luka dalam waktu 24 jam. Dia mengatakan jumlah korban meninggal meningkat menjadi 17.177 orang.

Adapun, jumlah korban luka mencapai 46 ribu orang sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober, sebagaimana laporan Middle East Monitor, Jumat (8/12/2023).

Baca Juga

Al-Qudra menambahkan tentara pendudukan Israel sengaja menargetkan ambulans dan tim perlindungan sipil. "Kami menghadapi kesulitan dalam menghitung korban tewas dan korban luka karena penembakan yang terus menerus dan terputusnya komunikasi," jelasnya.

Dia menegaskan, kurang dari satu persen dari total korban agresi telah meninggalkan perbatasan Rafah untuk berobat ke luar negeri, dan tingkat hunian di rumah sakit Gaza telah mencapai 206 persen.

Al-Qudra juga menyebutkan, penghentian layanan kesehatan di Gaza utara akan menimbulkan konsekuensi berbahaya dan bencana bagi mereka yang terluka. Rakyat Palestina di Gaza telah melewati kesulitan terbesar sehingga butuh dukungan organisasi internasional.

"Kami mengalami tantangan besar dalam menjalankan Kompleks Al-Shifa dan memerlukan dukungan organisasi internasional. Rumah Sakit Baptist telah kehilangan kapasitasnya dan tidak dapat menawarkan layanan kesehatan. Selain itu, penjajah sengaja menyerang ambulans dan tim perlindungan sipil," jelasnya.

Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menyerukan gencatan senjata yang langgeng dan segera di Jalur Gaza. Desakan ini melihat situasi kemanusiaan di wilayah kantung Palestina itu hampir runtuh karena pertempuran sengit dan kurangnya akses.

"Skala pengungsian di Gaza sangat besar, kondisi kemanusiaan sangat mengkhawatirkan dan berada di ambang kehancuran," kata Kepala IOM Amy Pope.

Menurut Pope, gencatan senjata diperlukan segera untuk menyediakan makanan, air, dan kebutuhan penting lainnya yang cukup bagi warga Gaza. Pemenuham kebutuhan tersebut berguna dalam menyelamatkan nyawa dan meringankan penderitaan warga sipil yang luar biasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement