Selasa 05 Jul 2022 16:47 WIB

Mengapa Tabrani Layak Menjadi Nama Jalan atau Gedung Olahraga di Jakarta?

Selain Tabrani, ada nama-nama lain yang layak diabadikan sebagai nama jalan.

M Tabrani (tahun 1975)
Foto: Dokumentasi Idayu/Perpustakaan Nasional
M Tabrani (tahun 1975)

Nama-nama Lain yang Layak Juga

Selain Tabrani, ada nama-nama lain yang layak diabadikan sebagai nama jalan. Di antaranya ada PF Dahler dan dokter J Kajadoe. Kedua orang ini merupakan pendukung utama panitia Kongres Pemuda Indonesia Pertama.

PF Dahler yang pernah menjadi anggota Gemeenteraad van Batavia, merupakan Indo yang mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia pernah aktif sebagai kepala bahasa di Balai Pustaka, sebelum kemudian mengundurkan diri karena bergabung dengan Ksatrian Instituut yang dikelola oleh Douwes Dekker. Ia juga mengajar di Pergoeroean Rakjat di Jakarta.

Menjelang kemerdekaan, ia menjadi anggota BPUPKI. Dialah satu-satunya Indo Eropa yang menjadi anggota BPUPKI. Pada 1946 ia pernah ditangkap Belanda, dituduh sebagai pengkhianat. Setelah Balai Bahasa dibentuk pada Februari 1948, Dahler diangkat sebagai kepalanya. Ia orang pertama yang mengepalai lembaga ini. Ia meninggal pada 8 Juni 1948.

Sedangkan Kajadoe, ia pernah menjadi ketua Ikatan Dokter Hindia yang cukup lama dan pernah pula meniadi anggota Volksraad. Koran-koran tahun 1919 sudah memberitakan Kajadoe sebagai ketua Ikatan Dokter Hindia, koran-koran tahun 1927 juga memberitakan Kajadoe masih sebagai ketua Ikatan Dokter Hindia, dan koran-koran tahun 1938 juga memberitakan Kajadoe masih sebagai ketua Ikatan Dokter Hindia.

Membuka praktik di Gang Kwini 4A Weltevreden, tak jauh dari STOVIA, ia termasuk garda depan pemberantasan malaria di Jakarta. Sebuah iklan ucapan terima kasih dimuat di koran Bataviaasch Nieuwsblad edisi 9 Juni 1927:

Terima Kasih

Kepada dokter J Kayadu terima kasih kami atas kesembuhan anak laki-laki kami: Teddy, dari tifus abdominalis dan malaria, dan Leo, dari bronkitis dan malaria; berkat intervensi langsungnya, kami tidak kehilangan putra sulung kami.

WE Samson dan suami   

Weltevreden, 9 Juni 1927

Ketika Thamrin sakit malaria saat menjadi tahanan rumah polisi Belanda pada Januari 1941, Kajadoe yang merawatnya. Menurut Kajadoe, Thamrin meninggal karena penyakit malaria dan lemah jantung.

Sebagai sahabat dekat Thamrin, Kajadoe membentuk tim pemenangan Thamrin ketika peluang Thamrin tipis untuk terpilih sebagai anggota Volksraad dari Jawa Barat pada 1934. Kajadoe bersama Mr Koentjoro membentuk ‘’Komite Thamrin’’ untuk pemenangan Thamrin. Bahkan, Het Nieuws van den Dah voor Nederlandsch-Indie menulis, ia bersedia mundur dari anggota Volksraad jika Thamrin tidak terpilih.

Thamrin disebut Het Nieuws sebagai sosok yang  tidak disukai karena kevokalannya di Volksraad. Bob Hering menulis, Gubernur Jenderal de Jonge tak menginginkan perkembangan Volksraad yang bermanfaat bagi Indonesia (Hindia).  

Daerah Pemilihan I (Jawa Barat) mendapat jatah tiga kursi di Volksraad. Dua kandidat sudah aman posisinya, yaitu Wiranatakusuma dan Oto Iskandardinata. Untuk dapat masuk lagi Volksraad, Thamrin harus memperebutkan kursi ketiga bersama kandidat lainnya.

Lewat Komite Thamrin, Kajadoe fokus pada propaganda pemenangan Thamrin dengan menyebarkan brosur ke berbagai daerah. Brosur itu menegaskan bahwa Thamrin adalah seorang nasionalis dan pemimpin. Di Jawa Barat, cukup dengan mendapat 135 suara saja untuk bisa lolos ke Volksraad.

Kajadoe sudah menjadi sahabat Thamrin sejak awal 1920-an. Kajadoe --seperti dikutip Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche Pers edisi Nomor 35, 15 Januari 1920-- adalah sosok yang dianggap kompeten mewakili orang-orang Ambon duduk di Volksraad pada awal 1920-an itu. Thamrin menjadi anggota Volksraad pada 1927, sebelumnya menjadi anggota Gemeenteraad van Batavia sejak 1919.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement