Rabu 04 May 2022 12:48 WIB

Menyaksikan Langsung 'Pertunjukan Teater' AC Milan di Senayan

Itu kali pertama aku masuk Stadion Senayan dan menyaksikan laga dari jarak dekat.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Endro Yuwanto
Pelatih AC Milan Fabio Capello saat menjuarai Piala Champions 1994.
Foto:

Oleh : Rusdy Nurdiansyah/Jurnalis Republika.

Tak hanya para pengemar, kami juga ngotot untuk dapat melakukan wawancara dengan para pemain AC Milan. "Capai?” tanya Republika pada pemain tengah AC Milan asal Prancis, Marcel Desailly yang tak pernah berhenti melayani permintaan foto.

"Ya, tentu,” jawabnya, setelah melayani foto bersama para penggemar di lobi Hotel Horison, saat waktu sudah menunjuk pukul 00.30 WIB.

"Apakah Anda tak berusaha menghindar?"

Marcel tersenyum. “Itu bagian sikap saya sebagai pemain profesional," jelasnya.

Dibanding pemain lainnya, seperti Gianluigi Lentini dan Fernando De Napoli, Desailly merupakan yang tersabar dan selalu berusaha bersikap seramah mungkin menghadapi penggemar. Sementara, kedua pemain asal Italia tersebut sudah ogah-ogahan melayani permintaan foto para penggemar.

Di kesempatan lain, aku dan Syamsil juga menyaksikan sebuah pertunjukan 'teater' di siang hari yang terjadi di sela-sela latihan para pemian klub sepak bola asal Italia di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Pelakon utamanya adalah sang pelatih, Fabio Capello. Cara Capello memberi instruksi, tak ubahnya seorang dramawan. Suaranya yang bernada bariton terdengar nyaring menebar ke seluruh pojok lapangan. Pagar tembok di seputar lapangan membuat suara Capello bergema.

Tak jarang pula Capello menyela jalannya latihan yang dianggapnya kurang dilakukan pemain secara sungguh-sungguh serta berteriak dengan suara lantang diikuti gerakan-gerakan tubuh, persis laiknya seorang pemain teater. Misalnya, dengan mengayunkan kedua tangannya. Kemudian ia diam, berbalik membelakangi mereka, sambil ngeloyor seakan semuanya telah beres.

Tapi ternyata tidak. Sekonyong-konyong ia balik lagi menatap para pemain, sambil terus nyerocos ke arah mereka. Sekilas, Capello seperti sedang menghafalkan naskah drama, atau membaca puisi. Mendapat dampratan bertubi-tubi seperti itu, para pemain cuma diam. Tak satu pun pemain yang bersuara. Tak ada pula diskusi.

Seusai latihan, Capello mengunjungi Kantor Republika dan menjawab beragam pertanyaan wartawan dalam sesi jumpa pers, terutama gayanya melatih yang tampak seperti sebuah pertunjukan teater. "Apa yang saya lakukan merupakan bentuk totalitas dalam menjalankan peran sebagai pelatih," tegasnya.

Suasana teatrikal semakin lengkap saat pertandingan AC Milan vs Persib Bandung berlangsung. Capello berdiri tegak di pinggir lapangan dengan tak henti-henti berteriak, melangkah anggun ke kanan ke kiri dan ke bench pemain cadangan, menyeringai, memainkan tangan untuk mengiringi langkah dengan setiap patah kata yang diteriakkan.

Aku menyaksikan pertunjukan bak teater tersebut dari belakang bench pemain cadangan Persib Bandung. Ini kali pertama aku masuk Stadion Utama Senayan dan bisa menyaksikannya langsung pertandingan dari jarak yang cukup dekat. Sorak-sorai penonton menambah gregetnya pertunjukkan apik pemain AC Milan yang menghancurkan Persib Bandung dengan skor telak 8-0.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement