Hambatan
Sejumlah hambatan perlu kita atasi, yakni informasi yang tersedia harus akurat, sumber daya yang dialokasikan juga harus diperhatikan, serta seberapa besar dampak yang dihadapi perusahaan. Dalam kondisi informasi yang terbatas, efektivitasnya sedikit berkurang, tetapi bukan berarti manajemen risiko secara sistematis tidak bisa dilakukan. Ketika informasi tersedia secara melimpah, berbagai analisis kuantitatif dapat dilakukan, sehingga menambah kredibilitas manajemen risiko yang dilakukan.
Beberapa teknik/metode identifikasi tersedia, mulai dari yang paling sederhana yaitu pertemuan rutin sampai yang kreatif yaitu curah pendapat. Dari sekedar daftar isian pertanyaan sampai diagram alir dan sirip ikan.
Tidak ada teknik yang terbaik, semua tergantung kondisi organisasi dan semuanya harus dikombinasi sesuai kebutuhan untuk mendapatkan perspektif yang beragam. Jika kita sudah melakukan manajemen risiko pada bisnis kita, bukan berarti manajemen risiko jalan akhir untuk membuat bisnis kita berkembang. Karena pada dasarnya manajemen risiko untuk mebuat bisnis atau organisasi siap dalam menghadapi risiko kedepannya. Secara mudahnya manajemen risiko membuat bisnis kita tidak akan jatuh walau banyaknya risiko yang terjadi karena kita sudah siapkan solusinya.
Ada dua metode dalam melakukan manajemen risiko yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Dua metode tersebut memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Untuk metode kualitatif keunggulannya adalah didorong untuk kreatif (out of the box) dan dapat dilakukan meski ketersediaan data yang ada tidak memadai. Keunggulan metode kuantitatif yakni dapat memprediksi known-unknowns (seperti kemungkinan hujan di bulan April) dan konsekwensi serta dampak risiko dari sebuah peristiwa.
Namun metode kuantitatif ini tidak untuk memprediksi the unk-unks (the unknown-unknowns, or total surprises). Dari segi keunggulan saja kedua metode tersebut sudah sangat berbeda, maka alangkah baiknya analisis kualitatif dan kuantitatif harus dua-duanya dilakukan.
Dengan membuat risk response planning berarti siklus aktivitas risk assessment (identifikasi risiko, analisis dampak risiko dan risk response planning) telah selesai dilakukan. Proses risk assessment ini hanya baru latihan intelektual saja.
Yang juga penting adalah bagaimana secara riil menanggulangi dan mengelola organisasi ketika risiko tersebut terjadi. Jadi melakukan atau membuat manajemen risiko pada bisnis kita itu sebenarnya baik. Namun mau sebagus atau mau sesistematis apa pun manajemen risiko yang sudah dibuat untuk bisnis kita, jika tidak dibarengi dengan usaha yang setimpal maka sama saja bohong.
Misalnya, suatu saat bisnis kita mendapat risiko yang besar dan kita sudah membuat manajemen risikonya, tapi saat di lapangan kita malah tidak baik dan dalam bisnis tim kita tidak bisa bekerja sama, maka akan sama saja tidak akan berjalan baik.
Bisnis yang baik juga bukan hanya memikirkan risiko yang akan terjadi kedepannya, tetapi bagaimana cara kita bisa meminimalisir agar risiko itu tidak akan pernah terjadi. Salah satunya dengan membentuk team work yang baik antaranggota dan bisa terus menjaga kualitas dari bisnis tersebut.
Karena menjaga itu lebih sulit dari mendapatkan. Untuk teman-teman yang sedang merintis bisnis atau menjalankan bisnis jangan sampai bisnis yang kita jalankan berhenti di tengah jalan tanpa mencari solusinya terlebih dahulu.