Senin 27 Dec 2021 06:46 WIB

Trudeau Minta Negara Barat Bentuk Aliansi Lawan China

Trudeau menilai China telah memainkan negara-negara Barat.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.
Foto: AP/Alastair Grant/AP POOL
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dalam wawancara yang disiarkan Sabtu (25/12), menyatakan negara-negara Barat harus memiliki kelompok persatuan melawan China. Upaya ini untuk mencegah negara Asia itu menggunakan kepentingan komersial buat mempermainkan negara Barat satu sama lain.

"Kita perlu melakukan pekerjaan yang lebih baik untuk bekerja sama dan berdiri kuat sehingga China tidak bisa bermain-main dan memecah belah kita satu sama lain," ujar Trudeau.

Baca Juga

Trudeau mengatakan China telah memainkan negara-negara Barat untuk saling melawan satu sama lain saat bersaing untuk mendapatkan akses ke peluang ekonomi di negara itu. "Kami telah bersaing dan China, dari waktu ke waktu, dengan sangat cerdik mempermainkan kami satu sama lain di pasar terbuka, dengan cara yang kompetitif," katanya dalam sebuah wawancara dengan televisi Global.

Hubungan antara Kanada dan China menjadi dingin sejak penahanan terhadap Chief Financial Officer Huawei Meng Wanzhou atas surat perintah ekstradisi Amerika Serikat (AS) pada  2018. Beijing menahan dua orang Kanada tak lama setelah itu, menyangkal tuduhan Ottawa tentang diplomasi penyanderaan.

Meng mencapai kesepakatan dengan jaksa AS pada September, mengakhiri pertarungan ekstradisi. Kedua warga Kanada itu dibebaskan dalam beberapa jam setelah kesepakatan.

Bahkan sebelum penangkapan Meng, pertanyaan berulang-ulang Kanada tentang posisi hak asasi manusia China telah membuat Beijing kesal. Hubungan kedua negara pun gagal membaik.

Awal bulan ini, Kanada mengatakan akan bergabung dengan sekutu dalam boikot diplomatik Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing pada Februari. Tindakan ini untuk mengirim pesan kepada China mengenai catatan hak asasi manusia.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement