Sabtu 16 Oct 2021 16:40 WIB

NF Education Center Gelar Webinar Peningkatan Literasi

Webinar dibagi menjadi dua sesi yakni pemaparan oleh masing-masing keynote speaker.

NF Education Center Gelar Webinar Peningkatan Literasi
Foto:

Sesi pemaparan selanjutnya yakni oleh Rahmat Syehani, Direktur NF Education Center. Rahmat Syehani membahas topik tentang bagaimana pengawalan mutu literasi sekolah. Beliau menyebut literasi sebagai sebuah keniscayaan dalam proses pendidikan. Gerakan literasi berdasarkan Undang-Undang di Indonesia, disebut sebagai bagian dari budi pekerti, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jika kita tidak paham literasi maka kita tidak punya budi pekerti.

Beliau juga mengutip bahwa skor literasi PISA Indonesia masih sangat rendah. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya kualitas membaca, pembaca belum dapat memahami apa yang ingin disampaikan dan memaknai tulisan. Di masa depan, dimana perubahan terjadi sangat cepat, kemampuan adaptasi paling dasar adalah kemampuan belajar, dan tidak ada kemampuan belajar tanpa membaca. Membaca ibarat menaiki anak tangga pemahaman, dengan membaca kita bisa melihat apa yang ada di masa depan.

Ada beberapa poin program literasi di sekolah yang perlu diperhatikan yakni membangun minat baca dan budaya baca serta meningkatkan produktivitas/karya. Rancangan program literasi di sekolah amat perlu menerapkan prinsip: semua anak terlibat (no child left behind), tumbuh dan berkembang (growing), kanalisasi (canalize), serta tak lupa tetap penuh keasyikan dan manfaat (enjoying & knowledgeable).

Rahmat Syehani mengutip 4 level membaca dari Adler (1940) antara lain sebagai berikut:

1. Elementary reading: apa yang dikatakan oleh kalimat yang dibaca?

2. Inspectional reading: tentang apa isi buku tersebut?

3. Analytical reading: mengunyah dan mencerna isi-nya.

4. Syntopical reading:  membaca sangat aktif, disebut juga comparative reading.

Pada faktanya, pembaca di Indonesia kebanyakan masih berada pada level elementary reading, dari fenomena ini kita mendapat pelajaran bahwa program literasi bukan hanya sebagai simbolis namun benar-benar ditinjau kemampuan membacanya. Beliau menambahkan bahwa sebagai lembaga pengembangan pendidikan, NFEC berusaha terus berinovasi dan mengembangkan program school reading system sebagai salah satu program pendukung budaya membaca sekolah, instrumen ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur dan mendampingi siswa dalam kemampuan literasinya. Ia menegaskan bahwa membaca bukan hanya hobi atau sekedar senang namun untuk memahami lebih jauh. Dan tugas pendidik adalah untuk mengawal proses memahami tersebut.

Sesi kedua yakni sesi pertanyaan dimulai dengan pembahasan tentang bagaimana memastikan semua siswa membaca. Rahmat Syehani menyebut bahwa dalam School Reading System, fasilitasi wacana/artikel dihadirkan sebagai solusi bagi pembaca awal karena durasi baca akan relatif lebih singkat dan mudah, namun pengguna tetap bisa mendapat manfaat membaca sesedikit apapun.

Pada sesi ini pula Irwan Kelana membagikan tips untuk menjaga semangat menulis. Menurutnya, penting bagi penulis untuk memaknai bahwa menulis akan memberikan manfaat bagi yang membaca, bukan hanya dengan orientasi honor. Ingat juga bahwa setiap penulis ingin pembacanya dapat terinspirasi, membuat karya yang menggerakkan. Selain itu, jangan lupa juga untuk menetapkan target menulis.

Webinar kemudian ditutup dengan penyampaian simpulan dan pesan penting dari modetor ,”Agar dapat menapaki tangga pemahaman maka tingkatkanlah kemampuan”.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement