Kamis 23 Sep 2021 20:39 WIB

Unisa Yogyakarta Siap Menyongsong Perkuliahan Luring

Jelang perkuliahan luring, Unisa Yogyakarta gelar masa taaruf (Mataf) 2021

Untuk menyambut perkuliahan tatap muka, pada Rabu kemarin Kampus Unisa menyelenggarakan Masa Ta
Foto: Unisa Yogyakarta
Untuk menyambut perkuliahan tatap muka, pada Rabu kemarin Kampus Unisa menyelenggarakan Masa Ta

REPUBLIKA.CO.ID, Silvy Dian Setiawan/Wartawan Republika

Semakin terkendalinya penanganan Co­vid-19 dalam dua pekan terakhir yang ditandai penurunan level pada Pem­berlakuan Pembatasan Kegiatan Ma­sya­rakat (PPKM) mulai direspon positif sejumlah pihak. Termasuk dunia kampus seperti  Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta.

Kampus di bawah naungan Muhammadiyah ini berencana mulai menggelar  kegiatan per­kuliahan tatap muka pada tahun akademik 2021/ 2022. Menurut Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti perkuliahan tatap muka ini akan digelar dengan me­nerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat dan disiplin.

"Kami sudah melakukan persiapan dari sisi sarana maupun prasarana yang menunjang per­kuliahan tatap muka. Insya Allah semuanya sudah siap," kata Warsiti yang ditemui di kantornya, Rabu (22/9).

Bahkan untuk menyambut perkuliahan tatap muka, pada Rabu kemarin Kampus Unisa menyelenggarakan Masa Ta'aruf (Mataf) 2021 yang dige­lar secara daring dan luring (luar jaringan) terbatas. Sebanyak 2.010 mahasiswa baru mengikuti kegiatan berte­makan 'Adaptasi Kolaborasi Menghadapi Tantangan Era Global' yang dibuka oleh Ketua Umum Pim­pinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini.

Dalam kesempatan tersebut, Noordjannah mengatakan bahwa tantangan yang akan dihadapi di era globalisasi saat ini semakin banyak. Hal ter­sebut disebabkan karena perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat sehingga menyebab­kan arus informasi sudah tidak lagi mengenal ba­tas antar negara dan tidak dapat dibendung lagi.

Kepada para mahasiswa baru tersebut, istri Prof Haedar Nashir berpesan agar penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi tidak bisa dikesampingkan dari kehidupan saat ini, ter­utama generasi muda atau milenial, termasuk mahasiswa.

"Namun demikian mahasiswa juga me­miliki tantangan yang mengharuskan untuk bera­dap­tasi dengan cepat serta berkolaborasi. De­n­gan begitu mahasiswa tidak terjerumus pada sisi negatif dari perkembangan teknologi," tuturnya.

Noordjannah menekankan agar mahasiswa memiliki nilai-nilai keutamaan Islam dalam meng­hadapi tantangan yang ada. Nilai-nilai keutamaan Islam ini mulai dari nilai akhlakul karimah, nilai cinta kemanusaan dan nilai kemandirian untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Penguasaan teknologi, dinilai penting untuk diba­lut dengan nilai akhlakul karimah. Karena itu, ia mengingatkan mahasiswa untuk dapat memilah sisi negatif maupun sisi positif dari perkembangan teknologi yang ada.

"Bagi mahasiswa tentu bisa memilah mana yang membawa sisi negatif dan mana yang men­du­kung untuk mencapai kesuksesan yang bernilai, yang memiliki nilai-nilai keutamaan. Kalau ukurannya IPK (tinggi) atau duniawi yang lebih nikmat itu bisa saja, tapi mahasiswa Unisa menjadi generasi yang akan berproses yang didasarkan pada nilai-nilai keutamaan," kata Noordjannah

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement