Jumat 03 Sep 2021 23:54 WIB

Kemendikbud Dorong Insan Vokasi Kembangkan Kewirausahaan

Jumlah wirausahawan Indonesia lebih rendah dari Singapura dan Malaysia

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Nashih Nashrullah
Jumlah wirausahawan Indonesia lebih rendah dari Singapura dan Malaysia. Ilustrasi wirausaha
Foto:

Kemudian dari angka tersebut, sebanyak 90 persen perusahaan yang dipimpin oleh perempuan dari lulusan perguruan tinggi itu juga berhasil mempertahankan usahanya hingga tahun kelima. Meski begitu, alumnus Harvard Business School itu mengungkapkan beberapa fakta yang pahit terkait dunia bisnis.

Dia mengungkapkan, terdapat 90 persen start up yang gagal di dunia. Startup yang dimodali oleh venture capital 75 persennya juga gagal. Lalu, start up yang sampai tahun kelima juga tak sampai 50 persen. Bahkan, kata dia, hanya sepertiga dari startup tersebut yang sampai tahun ke-10.

"Dan yang paling menyedihkan hanya kurang dari 40 persen yang actually punya profit. Selebihnya hanya bakar uang melulu, tidak sampai selesai terus-terusan bakar uang," jelas Toronata.

Toronata mengungkapkan 82 perseb bisnis yang gagal biasanya disebabkan oleh masalah arus kas alias cash flow. Menurut dia, perusagaan industri digitallah yang justru paling banyak berujung gagal. Dia mengatakan, sebenarnya hanya 7 persen orang yang bisa menjadi pengusaha.

Mahasiswa, dosen, dan peneliti 100 persen bisa menjadi wirausahawan jika memiliki entrepreneurial mindset. "Opportunity based entrepreneur, jadi orang yang didesain politeknik, sekolah vokasi," ujar Toronata.

Koordinator Pengembangan Produk dan Jasa Badan Pengelola Usaha Polman Bandung, Otto Purnawarman, mengungkapkan pentingnya penanaman perilaku berkewirausahaan.

Dia mengatakan, perguruan tinggi dalam menjalankan program kewirausahaan dapat memilih talentnya. Otto menjelaskan, Polman Bandung menerapkan Production Base Education (PBE) yang terdiri dari kurikulum, teori, dan praktik.

"Teorinya terstruktur, maka praktiknya ini harus produk yang dijual di pasar, tapi bisa diatur kurikulum. Polman sampai sekarang membuat model integrasi soal ini," kata Otto.

Di sisi lain, pemilik PT Rastekindo Cipta Global, Rida Sakra Muhammad, menilai PBE merupakan hasil tempaan yang baik bagi mahasiswa. Melalui PBE, Rida mengaku mendapatkan hard skill, bagaimana cara berkreasi, dan keahlian. Meski begitu, Rida menilai PBE masih kurang dalam hal penjualan.

Pria lulusan Polman Bandung tersebut meminta kurikukum kewirausahaan tidak hanya berdasarkan teori, tapi juga lebih banyak ke sharing session atau dalam bentuk kuliah umum bersama alumni dan pihak dunia usaha dan dunia industri.

 

Menurut Rida hal tersebut dapat dilakukan sesering mungkin, agar para mahasiswa terus tertanam jiwa kewirausahaannya. Menjadi pengusaha, menurutnya, merupakan doktrin, sehingga harus terus ditanamkan jiwa entrepreneurnya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement