Metode Sam’an

Ketua Yayasan Sam'an Netra Mulia, Ridwan Effendi mengakui awalnya menyosialisasikan metode pembelajaran bahasa Arab yang mudah dan menyenangkan kepada masyarakat yang disebut metode Sam’an sejak tahun 2011. Metode yang digagas dan dikembangkan Ridwan, merupakan bahan dari disertasinya dalam menyelesaikan jenjang pendidikan S-3 (doktoral) jurusan bahasa Arab di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Seiring perjalanan waktu, Ridwan menyadari suatu realita, tidak sedikit para tuna netra yang masih buta huruf Alquran Braille. Penyebabnya, di samping kurangnya sarana Alquran Braille, program pembinaan sebagai aspek penting yang mendasar, juga masih jarang dilakukan secara intensif dan sistematis oleh lembaga-lembaga terkait.

Ridwan tercatat sebagai salah satu peserta tim koreksi Alquran Braille di Indonesia yang ditugaskan oleh Litbang Kementerian Agama RI. Ia juga seorang dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, diperbantukan di STAI Al Ma’arif Ciamis.

Sejak tahun 2014, Ridwan menjelaskan, ia mulai mengembangkan program sam’an. Awalnya hanya berupa metode pembelajaran bahasa Arab menjadi suatu gerakan sosial dakwah yang bertujuan lebih luas. Gerakan ini secara aksi sudah dimulai sejak akhir Januari 2014 sampai akhirnya dilembagakan dalam bentuk yayasan yang diberi nama Yayasan Sam’an Netra Mulia.

“Sam’an saat ini menjadi lembaga yang mempunyai perhatian terhadap bidang pendidikan dan pemberdayaan insan tunanetra dengan tetap mengsosialisasikan metode sam’an kepada masyarakat,” kata Ridwan, bangga.

Ikuti Whatsapp Channel Republika