Sabtu 21 Aug 2021 14:29 WIB

Solusi Cegah Kelelahan Mental pada Anak

Jika tak diantisipasi, kelelahan mental bisa membuat efek lebih buruk pada anak.

Salah satu anak (tengah) yang murung dan sedih (ilustrasi).
Foto: Republika/Musiron
Salah satu anak (tengah) yang murung dan sedih (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Edwin Irvanus* dan Febrya Sintha Naomi**

Satu hal yang sering luput dari perhatian kita di masa pandemi adalah faktor kesejahteraan anak-anak, khususnya di tengah pembatasan sosial yang masih dijalankan dengan ketat di berbagai daerah. Bulan ini, kita telah 17 bulan diserang pandemi Covid-19 di Indonesia dan sebagian masyarakat mulai lelah, tidak hanya secara fisik, tetapi juga mental.

Setiap hari masyarakat menghadapi ketidakpastian dalam mengatur keluarga, pekerjaan, sekolah, dan kesehatan keluarga. Ketidakpastian ini menimbulkan kebingungan juga bagi anak-anak dan mereka juga terancam mengalami kelelahan mental (mental fatigue). Ditambah lagi, berita duka tentang kerabat dan anggota keluarga yang sakit atau bepulang juga mempengaruhi mereka.

Sebenarnya orang tua mungkin telah melakukan segalanya selama berbulan-bulan untuk melindungi buah hatinya. Jumlah informasi yang harus dikelola setiap hari cukup membebani otak dan menyebabkan kelelahan mental.

Bukan hanya orang tua yang mengalami; anak-anak juga. Bahkan sesuatu yang sederhana seperti waktu bermain di luar rumah, sekarang sarat hal-hal ekstra untuk diingat: kapan waktu terbaik untuk keluar, memakai masker, menjaga jarak 1,5 meter dari orang lain, mencuci tangan, dan daftarnya terus bertambah.

Semuanya membutuhkan lebih banyak waktu, energi, dan pemikiran, sehingga anak pun membutuhkan dukungan agar tidak mengalami kelelahan mental. Kami sendiri berkomitmen mendukung setiap orang tua di masa sulit ini agar bisa melindungi anak-anaknya secara fisik dan mental.

Melissa S. Xanthopoulos, PhD, MS, psikolog di Children’s Hospital of Philadelphia menyebutkan kelelahan mental sendiri bisa diekspresikan berbeda pada setiap anak. Namun gejala umum meliputi sikap anak yang mudah marah atau merajuk, mudah terganggu konsentrasinya atau pelupa, kesulitan melakukan tugas rutin sehari-hari, suka menunda-nunda tugas atau tanggung jawab tertentu, kelelahan mental juga dapat muncul secara fisik dalam bentuk sakit kepala, sakit perut, sulit tidur atau terlalu banyak tidur, dan kelesuan secara umum.

Berbagai gejala ini dapat menyebabkan kondisi kesehatan mental yang lebih buruk seperti depresi dan kecemasan. Jika tidak diantisipasi segera, kelelahan mental dapat menyebabkan efek lebih buruk pada anak. Kita dapat memutus siklus destruktifnya dengan pola perlindungan keluarga yaitu hal-hal yang kita lakukan secara aktif agar anak tetap terjaga daya tahan tubuhnya dan terhindar dari kelelahan mental.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement