Selasa 17 Aug 2021 05:58 WIB

Kenangan dan Makna Lomba HUT RI bagi Pendidikan Saat Pandemi

Kemerdekaan ini bukan sebuah akhir dari perjuangan.

Dr Dwiza Riana  SSi  MM  MKom, Rektor Universitas Nusa Mandiri (UNM).
Foto: Dok UNM
Dr Dwiza Riana SSi MM MKom, Rektor Universitas Nusa Mandiri (UNM).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh  Dr  Dwiza Riana  SSi  MM  MKom, Rektor Universitas Nusa Mandiri (UNM)

HUT kemerdekaan RI ke-76 tahun ini, seperti tahun lalu yang diperingati secara sederhana, karena masa pandemi belum berakhir di tanah air kita tercinta ini. Perayaan dan lomba kemasyarakatan, masih bisa kita nikmati dari video-video lomba yang bisa diakses di kanal-kanal Youtube, TikTok, Instagram atau melalui foto-foto kenangan perayaan kemerdekaan. Walau tahun ini kita harus bersabar dalam perayaan dengan cara sederhana tanpa hiruk pikuk lomba-lomba kerakyatan, namun makna akan lomba-lomba di hari kemerdekaan terus melekat di hati. Bagaimana makna lomba-lomba tujuh belasan tersebut memaknai pendidikan saat pandemi ini?

Lomba panjat pinang, kental dengan gotong royong dan semangat kebersamaan dalam meraih suatu tujuan. Masih ingat bagaimana peserta dengan semangat memanjat pohon pinang. Tidak peduli licinnya pohon pinang tersebut. Walaupun telah tumbang dan jatuh berulang-ulang puluhan kali, tapi tim peserta terus membuat strategi bagaimana bisa mencapai pucuk pinang untuk menurunkan hadiah yang ada di atas. Di   sini jelas, hal ini mengajarkan kepada bangsa Indonesia untuk jangan pernah mau menyerah meskipun negara kita dihantam pandemi Covid-19.  Terutama di bidang pendidikan, harus tetap berjalan.

Kita semua bersatu dan berpikir bagaimana cara untuk menaikkan kualitas pendidikan bagi anak bangsa. Percaya diri dan yakin dengan tekad bersama, licinnya pohon pinang diibaratkan kondisi pandemi yang menerpa bangsa ini akan dapat kita hadapi bersama. Upaya kampus menjadi sentra vaksin di seluruh tanah air, adalah contoh konkret peran dunia akademik  dalam perjuangan melepaskan diri dari pandemi.  Selain itu, strategi pendidikan yang baik tetap harus bisa dijalankan dan diraih oleh peserta didik pada saat pandemi ini.

Kita bersyukur,  di semua lini pendidikan masih tetap bisa berjalan. Di Universitas Nusa Mandiri (UNM) sendiri, sama seperti halnya di perguruan tinggi lain. Masa pandemi tidak menurunkan semangat. Perkuliahan tetap berlangsung dengan baik, peserta didik tetap terlayani dengan baik.

Kenangan tentang lomba tarik tambang. Masih ingat bagaimana serunya dua tim menarik dan mempertahankan tambang. Lawan dapat dikalahkan dengan persatuan. Kita lihat saat lomba tarik tambang yaitu usaha meraih suatu tujuan harus melalui tarik ulur secara keras dan kompak. Saat lomba, tambang bergeser ke kanan dan ke kiri sebagai upaya menuju kemenangan.

Hal itu jika dimaknai dalam persatuan bangsa untuk menarik “tambang” kemerdekaan secara bersama-sama dari tarikan tambang penjajah. Pada zaman kekinian saat ini, bisa dimaknai lain bahwa  pendidikan harus fleksibel bergeser ke kiri dan ke kanan. Pergeseran model pembelajaran dari luring ke daring. Bermunculannya berbagai platform pendukung pembelajaran berbasis teknologi harus disikapi dengan strategi yang kompak antarpeserta didik, siswa, mahasiswa, guru, dosen, sekolah, perguruan tinggi, orang tua dan pemerintah.

Di Universitas Nusa Mandiri (UNM) dengan kompak, mahasiswa dan dosen menggunakan dukungan Learning Management System (LMS) sebagai fasilitas pembelajaran, sebagai bentuk mengupayakan kuliah berlangsung dengan baik selama masa pandemi. Ujian UTS, UAS, sidang skripsi dan tesis dapat dilaksanakan dengan lancar secara daring dengan dukungan teknologi. Tim yang kompak dan strategi pendidikan yang tepat, akan mampu menarik "tambang " pendidikan menuju tujuan. 

Kenangan lomba makan kerupuk saat perayaan kemerdekaan, kerupuk digantung pada tali berjejer disiapkan panitia sebanyak peserta yang mengikutinya. Pemenang adalah peserta yang paling cepat habis memakan kerupuk. Kesulitan lomba ini, peserta saat makan kerupuk tidak diperbolehkan memakai tangan. 

Makna lomba ini menyiratkan situasi penduduk saat masa perjuangan menghadapi kesulitan pangan, sandang dan juga papan. Tetapi penduduk tetap memiliki semangat juang yang tinggi dengan keterbatasan kondisi dan fisik. Jangan pernah lupa pada sejarah, berusaha tetap mengingat masa-masa kelam dan tentu berupaya untuk lebih baik untuk kemajuan negeri ini, dalam mengisi kemerdekaan. Di sini kita berusaha tidak melupakan sejarah pendidikan yang ditegakkan berdarah-darah dan sungguh-sungguh oleh pahlawan dan pejuang pendidikan. Masa pandemi akan berakhir, pendidikan mengalami perubahan. Kita tetap semangat mengisi kemerdekaan dengan menyediakan pendidikan terbaik bagi anak negeri.

Lomba yang tidak kalah seru adalah  lomba balap karung. Ini adalah  lomba tradisional yang disukai saat perayaan kemerdekaan Indonesia. Peserta berlomba sampai ke garis finish  dengan kaki hingga perut ada di dalam karung. Lomba ini memacu  semangat persaingan peserta. 

Makna karung yang dipakai mengingatkan bahwa pada saat penjajahan, karung goni pernah menjadi bahan pakaian yang mau tidak mau terpaksa digunakan oleh rakyat. Karung goni berserat kasar bahkan menyebabkan gatal di kulit. Ketika kemerdekaan, rakyat menyambut dengan berpakaian yang layak. Karung goni diinjak-injak untuk meluapkan kekesalan.

Tetapi arti dari sulitnya peserta balap dengan karung adalah sulitnya kita bergerak jika kedua kaki terkungkung. Usaha melompat dengan karung tetap penuh kesulitan. Bahkan bisa jatuh terjerembab. Masa-masa Indonesia sulit maju dalam kungkungan penjajah. Saat ini kita bisa hidup layak. Di sisi pendidikan tidak lagi mengungkung masyarakat. Pilihan sangat terbuka. Banyak pilihan pendidikan yang ditawarkan. Berbagai PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dan PTS (Perguruan Tinggi Swasta) menjangkau masyarakat dengan berbagai pilihan program studi. Jangan dibiarkan masyarakat tetap merasakan pendidikan berkualitas 'karung'. Tugas kalangan akademik untuk sungguh-sungguh memberikan baju pendidikan yang baik bagi anak bangsa.

Universitas Nusa Mandiri (UNM) sendiri terus berupaya meng-update pengetahuan mahasiswa melalui kurikulum yang up to date dengan capaian pembelajaran yang dibutuhkan peserta didik, dan konsep merdeka belajar kampus merdeka untuk berperan dalam masyarakat. 

Keseruan lomba perang bantal saat tujuh belasan. Biasanya dilaksanakan di kolam atau sungai diatas air. Dua peserta lomba duduk di batang pohon yang terletak di atas air. Dengan senjata bantal peserta lomba duduk saling berhadapan. Mereka baku pukul dengan bantal, yang kalah akan terjatuh ke dalam air. 

Dalam lomba ini ada semangat bertahan dalam kondisi apapun. Walau dengan senjata sebuah bantal tetap harus bisa menang!. Maknanya adalah bahwa kita harus mampu bertahan. 

Kemerdekaan ini bukan sebuah akhir dari perjuangan. Mari kita isi kemerdekaan ini dengan pembangunan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia. Bantal pendidikan bisa dimaknai sebagai keinginan kuat anak didik untuk memperoleh pendidikan yang baik. Tekad yang kuat bisa mengalahkan segala rintangan. Banyak cerita sukses peserta didik, walau penuh kekurangan tapi dengan keinginan kuat berhasil meraih beasiswa dan dapat sukses di bidang yang diminatinya.

Pada masa pandemi,  banyak yang terpuruk, peserta didik yang tidak mampu melanjutkan pendidikan. Tapi di sisi lain perguruan tinggi menyediakan solusi 'bantal' berupa beasiswa yang bisa dijadikan senjata peserta didik tetap mendapatkan pendidikan di saat menghadapi pandemi. Tidak kurang, beasiswa dari pemerintah dan pihak internal perguruan tinggi. Mari kita maknai HUT kemerdekaan RI ke-76 dengan semangat tetap meneruskan pendidikan hingga berhasil. Generasi emas Tahun 2045 harus terwujud.

Tentu masih banyak lomba lain wujud kebahagiaan menyambut hari kemerdekaan RI. Hal itu dimaknai sebagai semangat gotong royong, semangat bertahan, jiwa pejuang, memiliki strategi yang jitu, bebas tanpa kungkungan meraih keberhasilan.

Memaknai kemerdekaan RI HUT ke-76 dalam kancah pendidikan pada saat pandemi, menjadi renungan bagi kita semua. Sejarah sudah menunjukkan bahwa pendidikanlah yang membawa kemajuan bagi bangsa ini. Bonus demografi bagi Indonesia di tahun 2030, yang merupakan kejadian sekali dalam perjalanan suatu bangsa. Usia produktif harus kita dukung dan siapkan dengan pendidikan yang berkelanjutan. Lulusan yang berkualitas, SDM unggul, Indonesia maju.

Terciptanya keseimbangan akademik dan non-akademik dalam proses pembelajaran. Peserta didik memaknai keberadaannya dalam pendidikan, mampu memilih dan menentukan keinginan masa depan. Pendidikan di setiap lini mengajarkan anak didik memahami sisi keunggulannya.

Menyiapkan secara perlahan dan pasti mengasah kemampuan hardskill dan softkill peserta didik agar tidak kalah bersaing dengan bangsa lain.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Indonesian Tangguh, Indonesia Tumbuh, 76 tahun usiamu, Dirgahayu Indonesiaku tercinta!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement