Ahad 08 Aug 2021 22:48 WIB

Islandia Ubah Karbondioksida Menjadi Batu

Islandia menyedot CO2 dari udara, dicampur dengan air dan bereaksi dengan batuan

Emisi Karbon. ilustrasi
Foto: Republika.co.id
Emisi Karbon. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mungkin tidak ada tempat yang lebih baik, untuk menyelamatkan bumi dari krisis iklim, selain Islandia. Energi ada di sina dalam volume berlimpah. 

"Kawasan yang aktif secara vulkanik,“ demikian istilah yang diberikan para ilmuwan. 

Baca Juga

Namun demikian, warga Islandia juga sudah menyadari, sumber air panas bisa digunakan lebih jauh lagi, daripada sekadar atraksi wisata. Misalnya kawasan Hellisheidi yang terletak hanya setengah jam perjalanan ke arah timur, dari ibukota Reykjavik. 

Sejak 2006, di daerah itu diproduksi listrik dan panas. Sekarang Hellishedi adalah salah satu instalasi penghasil energi panas bumi terbesar di dunia. Tapi sejak beberapa waktu lalu, ilmuwan, pengusaha dan reporter datang ke sini karena alasan lain. Mereka ingin bertemu Edda Aradottir, direktur perusahaan Carbfix. 

Menyimpan CO2 di bebatuan

Apa yang dilakukan Carbfix dalam skala kecil di sini, bukan hanya semacam pembalikan efek rumah kaca. "Yang kami lakukan di sini sangat mudah. Kami menyedot udara dari atmosfir ke dalam mesin ini. Di dalamnya, CO2 dicampur dengan bahan kimia. Udara yang kemudian keluar setelahnya, jadi jauh lebih bersih. Udara itu kandungan CO2-nya jauh lebih kecil dibanding udara yang disedot di bagian depan.“ kata Edda Aradottir.

Mereka mulai mengoperasikan penyedot CO2 ini delapan tahun lalu, juga dengan dukungan dana penelitian Uni Eropa. Sekarang kapasitasnya sudah mencapai ribuan ton CO2. 

Apa yang terjadi dengan karbondioksida itu? “Pipa ini menyalurkan CO2 yang kami hisap dari atmosfir, dan dicampur dengan air, ke dalam tanah di bawah kita, hingga kedalaman ratusan meter.“ 

Di sana, CO2 bereaksi dengan batuan beku basalt dan tersimpan permanen. Ini metode yang berfungsi baik di dalam batuan vulkanik. 

"Bisa dilihat di sepotong batuan beku basalt, semua CO2 yang memenuhi ruang-ruang kosong, juga di pori-porinya. Jadi semua pori-pori yang tampak terbuka, masih bisa diisi CO2, tergantung sebanyak apa yang dimasukkan.“

 

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement