Kamis 05 Aug 2021 06:47 WIB

Syncrom, Alat Pendeteksi Kerumunan Buatan UGM

Sistem yang diberi nama Syncrom dibuat berbasis Deep Learning dan WebGIS.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Foto ilustrasi: Kerumunan warga.
Foto:

Nantinya, juga akan ditambahkan fitur text alert untuk mempermudah petugas dalam pemantauan. Misalnya, ketika petugas sedang tidak berada di ruang kontrol tetap dapat menerima informasi melalui SMS atau telegram bila terjadi kerumunan.

"Belum ada produk yang mengintegrasikan deteksi kerumunan dengan pemetaan yang juga disertai dengan adanya peringatan dini. Biasanya deteksi kerumunan dengan memakai sensor proximity menggunakan perangkat pengguna seperti smartphone," ujar Zulfa.

Najmuddin menuturkan, pengembangan Syncrom berawal dari keprihatinan terhadap masih banyaknya pelanggaran protokol kesehatan, khususnya terkait jaga jarak. Padahal, mengimplementasikan prokes sangat penting mencegah penyebaran covid.

"Oleh sebab itu, kami inisiatif mengembangkan alat deteksi ini guna memudahkan petugas dalam pemantauan dan segera melakukan penindakan," kata Najmuddin.

Dalam pengembangan prototipe timnya masih menggunakan webcam, belum CCTV karena keterbatasan dana. Tapi, hasilnya dapat memantau kerumunan secara akurat. Sistem mulai dikembangkan Juni 2021 dan telah diuji lapangan dengan akurasi 75 persen.

"Walau dengan webcam bisa dihasilkan akurasi yang cukup bagus untuk mendeteksi kerumunan dengan resolusi gambar menengah dan rendah. Namun, ke depannya akan dikembangkan menggunakan CCTV beresolusi tinggi agar hasil bisa lebih akurat," ujar Najmuddin.

Syncrom jadi inovasi teknologi yang dapat membantu petugas menegakkan prokes, terutama saat terjadi pelanggaran kerumunan. Dengan sistem ini, petugas dapat segera menindaklanjuti membubarkan kerumunan untuk mencegah penyebar covid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement