Jumat 16 Jul 2021 15:45 WIB

Zakat dan Sedekah Selamatkan Anak Putus Sekolah

Zakat dialokasikan untuk pengembangan SDM lewat dunia pendidikan.

Pandemi Covid-19 membuat jumlah anak putus sekolah di Indonesia meningkat. Foto: Ilustrasi anak sekolah di Jayapura, Papua, salah satu  wilayah terluar Indonesia.
Foto:

Saya lalu menghubungi Sekretaris Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama, Muhammad Fuad Nasar untuk meminta penjelasan bisakah zakat dialokasikan untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) lewat dunia pendidikan. Lewat sambungan WhatsApp, Fuad menjelaskan alokasi dana zakat ke sektor pendidikan dalam bentuk beasiswa telah ditetapkan keabsahannya berdasarkan Fatwa Majelis Indonesia (MUI) tahun 1996, karena termasuk dalam asnaf fi sabilillah (orang-orang yang berjuang di jalan Allah).

8 Golongan yang Berhak Menerima Zakat | Republika Online

Fuad yang pernah menjadi Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama (2017-2020) tahu betul jika sesuai kondisi riil di masyarakat, kebutuhan alokasi dana zakat untuk biaya pendidikan anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu bukan hanya dalam bentuk berupa paket beasiswa, tetapi juga bantuan biaya sekolah yang sifatnya darurat dan tunai langsung.

"Hemat saya, perlu menjadi prioritas di lembaga zakat untuk menyelamatkan anak-anak yang terancam putus sekolah," kata Fuad.

Ia pun yakin salah satu yang bisa menyelamatkan anak-anak dari putus sekolah adalah pemberian beasiswa. Atas dasar itulah ia mendukung sekolah-sekolah untuk anak-anak terlantar dan tidak mampu. Karena bagi Fuad, bicara pemberdayaan zakat artinya bicara manfaat yang secara konkrit dirasakan masyarakat dan lebih dari sekadar potensi.

Beasiswa dan bantuan biaya sekolah dari dana zakat bisa menyentuh semuanya. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa tidak mampu dan berprestasi, tetapi untuk semua yang memiliki semangat belajar meski prestasinya di sekolah dan di kampus biasa-biasa saja. Sudut pandangnya adalah mempelajari ilmu pengetahuan yang bermanfaat merupakan kewajiban dalam agama dan amanat konstitusi negara Undang-Undang Dasar 1945. "Yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa," tutur Fuad.

Pendapat Fuad soal besarnya potensi zakat untuk kemashalatan umat, termasuk di sektor pendidikan, sejalan dengan ajakan Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa'adi agar masyarakat menggelorakan gerakan zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) dalam upaya membantu warga lain yang terdampak pandemi Covid-19. Apalagi potensi pengumpulan zakat secara nasional yang mencapai Rp 233 triliun per tahun, baru bisa direalisasikan hingga kini sekitar Rp 10 triliun.

Sedangkan potensi dana wakaf Rp 180 triliun dan berdasarkan data BWI, pengumpulan wakaf uang baru mencapai Rp 819 miliar. Wamenag yakin gerakan Ziswaf yang bersifat masif dan inklusif bisa menjadi salah satu instrumen untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi. Ziswaf mendorong agar harta mengalir dan tidak menumpuk serta ekonomi masyarakat tumbuh secara sehat dan adil.

Dikatakan Zainut, semakin besar dana Ziswaf yang dihimpun dan disalurkan sesuai dengan peruntukannya, semakin besar kemaslahatan yang dapat dihadirkan kepada umat dan bangsa. "Termasuk untuk pembangunan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan agama dan keagamaan, pondok pesantren, dan sebagainya," kata dia.

Dompet Dhuafa menjadi contoh lembaga filantropi yang peduli terhadap pendidikan. Salah satu program Dompet Dhuafa di bidang pendidikan adalah Sekolah Literasi Indonesia, yakni sebuah model sekolah yang berupaya meningkatkan kualitas sistem pembelajaran dan pengembangan budaya sekolah berbasis literasi.

Dalam kesempatan terpisah, saya mendapatkan penjelasan dari Direktur Dompet Dhuafa Pendidikan, Muhammad Syafi'ie el-Bantanie terkait pengembangan peta taktis literasi, yakni bagaimana kompetensi literasi anak-anak sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah dari kelas satu sampai enam dapat dicapai. Syafi'ie berkata, jika kompetensi peta taktis literasi itu tercapai, maka nantinya anak-anak ketika melanjutkan ke tingkat pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) atau madrasah tsanawiyah, mereka sudah punya kebiasaan membaca, menulis, dan mengeksplorasi sumber-sumber informasi.

Syafiíe berharap anak-anak Indonesia dapat tumbuh menjadi pelajar-pelajar yang sangat kuat kemampuan literasinya. "Dan menjadi seorang pemimpin sosial di masyarakat kelak," ucap dia.

Selain ingin menguatkan literasi, program tersebut juga menguatkan manajemen sekolahnya. "Program penguatan literasi yang didampingi dengan adanya perpustakaan, sudah pasti harus didukung manajemen sekolah," ucapnya.

Tak hanya program Sekolah Literasi Indonesia, Dompet Dhuafa juga mengimplementasikan zakat produktif dengan mendirikan Sentra Ternak di sejumlah daerah. Menariknya, Dompet Dhuafa merekrut anak-anak muda yang putus sekolah dalam program tersebut. Seperti di Desa Tulung Agung, Gadingrejo, Pringsewu, Lampung, Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Lampung, Yogi Achmad Fajar mengungkapkan, Dompet Dhuafa memberdayakan anak-anak putus sekolah menjadi peternak.

Sentra Ternak Dompet Dhuafa Lampung memiliki kapasitas 1.000 ekor kambing. Kambing-kambing tersebut dipersiapkan untuk program Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa yang akan berlangsung pada 20 Juli 2021. Untuk mengelola 1.000 ekor tersebut, Sentra Ternak Dompet Dhuafa Lampung membutuhkan satu pendamping profesional sarjana lulusan universitas negeri di Jawa Tengah, dan empat peternak warga lokal.

Yogi menjelaskan, selain sebagai pemusatan peternakan, Sentra Ternak ini juga menjadi sebuah ajang pengembangan kemampuan beternak bagi warga-warga sekitar. Dompet Dhuafa memilih yang masih muda sebab merekalah pemegang estafet di kawasannya. "Mereka-mereka yang kurang mampu hingga putus sekolah, kami seleksi dan kami pilih untuk menjadi bagian dari Sentra Ternak ini, sekaligus tempat sekolah dan kampus bagi mereka,” kata Yogi.

Tak hanya Dompet Dhuafa, Lazismu yang menjadi perpanjangan tangan Muhammadiyah di lembaga filantropi juga memiliki program di dunia pendidikan. Di antaranya Beasiswa Sang Surya dan Beasiswa Mentari.

Beasiswa Mentari adalah program bantuan yang diberikan untuk siswa yang berasal dari keluarga dhuafa. Bentuk bantuan berupa biaya pendidikan bulanan yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan siswa dan kebutuhan lainnya, seperti uang transport, uang buku, living cost, dan lain-lain.

Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat Hilman Latief mengatakan beasiswa itu diberikan untuk menguatkan sumber daya manusia di Indonesia. Hilman mengaku bersyukur telah melakukan proses seleksi terhadap para pengusul beasiswa selama beberapa waktu terakhir.

photo
Ilustrasi Sedekah - (Republika/Tahta Aidilla)

 

Kesadaran dan antusiasme masyarakat untuk dapat melanjutkan pendidikan sangatlah besar. Karena itu Hilman berharap dana yang diterima peserta bisa menjadi motivasi untuk terus belajar dan penerima manfaat memiliki jiwa, pendirian yang kuat, serta berdisiplin tinggi agar cita-cita dapat tercapai.

“Teguhkan niat kita untuk menuntut ilmu. Teguhkan niat kita untuk belajar terus sehingga kita bisa memiliki kemampuan khusus yang bisa menjawab tantangan zaman," kata Hilman.

Dengan memanfaatkan kebermanfaatan zakat, akan banyak anak-anak tidak mampu atau dari keluarga dhuafa memiliki kesempatan yang sama mendapatkan pendidikan hingga jumlah anak putus sekolah bisa ditekan. Sehingga nantinya tidak akan ada masa depan anak dan bangsa yang terancam akibat putus sekolah, seperti tulisan di buritan truk gandeng: "Putus cinta sudah biasa, putus tali rem matilah kita, putus sekolah hancur masa depan bangsa."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement