Rabu 19 May 2021 02:42 WIB

Sebelum Ditutup, Melongok 'Surga' Hiburan Hotel Alexis

Kala itu, lantai 7 Hotel Alexis disebut-sebut sebagai ‘surga' dunia.

Hotel Alexis Jakarta, 21 Oktober 2017.
Foto:

Oleh : Rusdy Nurdiansyah/Jurnalis Republika

***

Seorang wanita kira-kira berusia sekitar 30 tahun, yang cukup seksi dan cantik, mendekati kami. "Baru datang, ya? Silakan ikuti saya," ucap perempuan yang hanya mengenakan pakaian blazer hitam membaluti tubuhnya. Tentu juga cukup menantang birahi melihat wanita yang kami duga sebagai mucikari ini.

Lalu, kami diajak ke sebuah sudut bangunan yang di sana terdapat gazebo berjumlah delapan unit. Masing-masing gazebo dilengkapi dua sofa berwarna coklat, sebuah meja, dan tirai. Terdapat juga kolam renang, pemandian air panas dan dingin serta beberapa ruangan sauna dan spa.

Kami dipersilakan duduk di salah satu gazebo. Dan, mucikari wanita yang didampingi seorang waiters dengan ramah dan hangat menanyakan layanan apa yang diperlukan.

Sambil menunggu datangnya pesanan makanan dan minuman, mata kami menyapu seluruh isi ruangan dari balik tirai gazebo. Terlihat banyak wanita-wanita cantik dari mancanegara berseliweran tanpa sehelai benang pun menutupi aurat.

Ada juga yang sedang berendam dan berenang serta di ruang sauna yang transparan bersama beberapa pria 'hidung belang'. Selain terdengar alunan musik merdu nan-lembut,  terdengar juga suara tertawa manja dari para bidadari cantik semakin membuat ‘pikiran melayang jorok’.

Muncikari wanita menjelaskan kepada kami secara rinci tarif layanan seks wanita lokal dan mancanegara yang menjadi anak buahnya. Untuk wanita lokal Indonesia, tarifnya Rp 1,5 juta per sekali kencan. Durasinya sekitar satu jam. Sedangkan untuk perempuan ‘impor’, tarifnya bervariasi. Untuk perempuan asal Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, Uzbekistan, Rusia, dan Kolombia, harganya Rp 2,5 juta. Yang paling mahal adalah wanita asal Cina, yang dipatok Rp 2,7 juta per sekali kencan. Jika ingin kencan di luar biaya kamar yang dipatok Rp 200 ribu per jam.

Setelah menjelaskan, kontes para wanita yang ditawarkan kemudian digelar di gazebo yang kami tempati. Sekitar 20 perempuan dengan gaun malam menggoda dalam sekejap berdiri berjajar rapi. Kami memilih satu wanita Indonesia agar lebih gampang mengorek keterangan tentang aktivitas mereka serta satu wanita bule asal Rusia dan satu wanita Uzbekistan.

photo
Sudut di Hotel Alexis Jakarta. - (Republika/Rusdy Nurdiansyah)

Sinta, begitu nama wanita asal Jakarta berumur 20 tahun yang menemani kami. Lalu, Adelia asal Rusia berusia 23 tahun, dan Ana asal Uzbekistan yang berusia 22 tahun. "Saya sudah setahunan kerja di sini,” ujar Sinta yang mengaku mahasiswi salah satu kampus swasta di Jakarta ini.

Sinta, Adelia, dan Ana terlihat sangat rileks, melempar senyum yang mengoda dan sepertinya berpengalaman menghadapi tamu laki-laki. "Aku tinggal di apartemen di kawasan Ancol. Kalau mereka berdua di apartemen Kemayoran. Ada yang koordinir," jelas Sinta.

Menurut Sinta, mereka ‘bertugas’ mulai pukul 11.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB. Dan di akhir pekan, jam kerja bertambah hingga pukul 04.00 WIB. Dalam satu pekan hanya libur satu hari, tapi tidak boleh di weekend. Tugasnya, menemani tamu bersantai, berenang, berendam, sauna, dan lanjut spa di kamar.

Di tengah-tengah obrolan itu, tiba-tiba Sinta memperkenalkan seorang temannya yang berasal dari Kolombia. “Ini, kenalin, namanya Sania".

Sania terlihat begitu menawan dengan balutan busana malam berwarna pink yang ketat. "Hallo, selamat malam,” sapanya dengan bahasa Indonesia sedikit kaku. Namun percakapan dengan Sania tak bisa lama karena ia harus ikut kontes di meja tamu yang lain.

Perbincangan dengan Sinta berlangsung sekitar setengah jam. Sinta mulai memperlihatkan raut wajah bosan. Beberapa kali ia melontarkan rayuan agar segera beranjak untuk memulai spa ke kamar yang berada di lantai lima. Untuk masuk ke kamar, resepsionis di lantai 5 memungut uang Rp 200 ribu.

Setelah cukup mengetahui adanya fenomena transaksi seks di Hotel Alexis, kami pun beringsut dari ‘lantai surga’. Sebelum turun melalui lift, kami menuju kasir tempat pengunjung membayar tagihan dengan menyerahkan gelang. Jika belum mengantongi bukti pembayaran, maka tamu tak diberi akses untuk menggunakan lift.

Anehnya, struk tagihan berlogo Alexis yang keluar dari print komputer tak langsung diserahkan kasir. Ia mengganti struk itu dengan selembar kwitansi yang nilai tagihannya disalin dari struk. Kasir itu pun tak memberi penjelasan terkait proses pembayaran yang tidak lazim tersebut.

Namun tanda bukti pembayaran di lantai 7 itu bisa dipakai untuk masuk ke 4Play Club secara gratis. Apabila tidak mempunyai tiket gratis tersebut, maka pengunjung biasanya dikenai biaya Rp 100 ribu untuk sekali masuk. Informasi yang kami terima dari seorang pelayan di klub, pada hari-hari tertentu ada pertunjukan tarian striptease dan sex show di klub itu. Jika ingin open table di 4Play Club, pengunjung dikenai minimum payment Rp 2 juta.

Di Hotel Alexis, di lantai 2 juga tersedia restoran mewah dengan menu Indonesia, Barat, maupun Cina, yang buka hanya pada Sabtu dan Ahad. Di lantai 3 terdapat sejumlah ruangan karaoke, yang buka pada Senin-Sabtu pada pukul 13.00-05.00 WIB. Lantai 3A dan 5 juga terdapat ruang karaoke serta bar untuk hanya sekedar santai dan minum alkohol.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement