Senin 01 Mar 2021 10:25 WIB

Momen Pejabat AS Berjilbab Beri Arahan di Gedung Putih

Penampilan Muslimah berjilbab di Gedung Putih simbol pergeseran terhadap Muslim.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Momen Pejabat AS Berjilbab Beri Arahan di Gedung Putih. Wakil Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS Sameera Fazili yang mengenakan jilbab berbicara di konferensi pers Gedung Putih.
Foto: Twitter/Imraan Siddiqi
Momen Pejabat AS Berjilbab Beri Arahan di Gedung Putih. Wakil Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS Sameera Fazili yang mengenakan jilbab berbicara di konferensi pers Gedung Putih.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) yang mengenakan jilbab berbicara di konferensi pers Gedung Putih pada Rabu pekan lalu. Ia mendorong pengguna media sosial memuji momen itu sebagai simbolis, setelah bertahun-tahun Islamofobia dinormalisasi oleh pemerintahan sebelumnya.

Wakil Direktur Dewan Ekonomi Nasional Sameera Fazili berbicara kepada wartawan atas perintah eksekutif Presiden Joe Biden untuk mengatasi kekurangan chip elektronik dan masalah rantai pasokan penting lainnya.

Baca Juga

Fazili, lulusan Universitas Harvard dan Sekolah Hukum Yale, diangkat ke posisi kunci dalam pemerintahan baru bulan lalu. Dewan Ekonomi Nasional menangani proses pembuatan kebijakan ekonomi dan memberikan saran kebijakan kepada presiden.

Pengguna media sosial menyambut baik penampilan pertama Fazili sebagai pejabat di pemerintahan Biden, dengan beberapa menafsirkan penampilan pejabat Muslim yang mengenakan jilbab itu sebagai simbol pergeseran dari warisan kefanatikan Donald Trump terhadap Muslim.

"Sebulan setelah Trump pergi dan kami memiliki seorang saudara perempuan berjilbab yang memberikan konferensi pers di Gedung Putih. Orang-orang yang fobia terhadap Islam menangis," tulis Direktur Eksekutif Dewan Muslim Hubungan Islam Amerika (CAIR) cabang Washington Imraan Siddiqi, dilansir dari Al Araby, Senin (1/3). 

Shahed Amanullah, seorang pengusaha teknologi Muslim yang menjabat sebagai penasihat senior di Departemen Luar Negeri AS antara 2011 dan 2014, mengungkapkan sentimen serupa.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement