Sabtu 20 Feb 2021 08:03 WIB

Pandemi Covid-19 Kesempatan Menyeting Ulang Ekonomi Nasional

Menyeting ulang ekonomi nasional yang lebih hijau, lebih pintar dan lebih adil.

Pandemi Covid-19 disebut sebagai kesempatan menyeting ulang ekonomi nasional
Foto:

Beberapa pekan terakhir seiring perombakan (reshuffle) kabinet, memang ada pergesaran terhadap kebijakan ekonomi dan kesehatan publik menuju kebaikan. Apalagi reshuffle terjadi antara lain untuk mengisi posisi yang ditinggalkan dua menteri yang terkait kasus korupsi. Hal ini tentu diharapkan hal ini dapat mempercepat pemulihan ekonomi agar dampak negatif terhadap masyarakat tidak terlalu dalam lagi.

Menyambut tahun baru 2021 berbagai lembaga pengembangan internasional seperti World

Bank, Asian Development Bank, maupun IMF, memang memberikan sinyal positif terhadap

pemulihan ekonomi Indonesia hingga memproyeksikan tingkat pertumbuhan antara 4-5 persen. Berbagai kebijakan yang diterapkan dalam program pemulihan ekonomi nasional, ditambah dengan diterbitkannya undang-undang cipta kerja, diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi sekaligus juga membawanya pada level yang lebih baik dari pencapaian sebelum terjadinya Covid-19.

Pada Juni 2020, World Economic Forum (WEF) menyelenggarakan pertemuan

tahunannya yang dinamakan sebagai “The Great Reset”, atau seting ulang. Covid-19 ini

justru dianggap sebagai kesempatan untuk dapat membangun kembali masyarakat dan

ekonomi dengan cara yang lebih berkelanjutan seiring dengan pandemi Covid-19. CEO WEF Klaus Schwab menjelaskan tiga komponen inti dari “The Great Reset” tersebut.

Yang pertama adalah untuk menciptakan kondisi "stakeholder economy" atau ekonomi

pemangku kepentingan. Kedua adalah membangun dengan cara "resilient, equitable, and

sustainable" berdasarkan pada metriks environmental, social, and governance (ESG) yang

akan menuju kepada pelaksanaan lebih banyak proyek infrastruktur yang hijau. Komponen

ketiga adalah menyambut inovasi dari Revolusi Industri 4.0 untuk kepentingan publik.

Selain itu, Kristalina Georgieva, Direktur International Monetary Fund (IMF) menyampaikan tiga aspek kunci dari respon berkelanjutan, yakni pertumbuhan yang hijau, lebih pintar dan lebih adil (green growth, smarter growth, and fairer growth). Momentum pemulihan ekonomi nasional seiring dengan membaiknya kondisi kesehatan dan ekonomi ini hendaknya dapat digunakan dalam rangka juga seting ulang ekonomi nasional yang lebih hijau, lebih pintar dan lebih adil. Hal ini tentunya menuntut semua pemangku kepentingan untuk lebih jeli lagi dalam menyesuaikan model bisnis nya dengan mengadopsi teknologi digital menuju kepada inklusivitas, keadilan dan keberlanjutan.

Semoga Covid-19 ini bukan saja memberi pembelajaran yang berarti dalam pengambilan kebijakan menangani krisis multidimensi, tetapi juga menyatukan semua elemen masyarakat dalam bersatu untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement