Jumat 12 Feb 2021 17:29 WIB

Orang China Berkelana Sampai ke Indonesia

Saat berkelana, Orang China juga membawa adat dan kebiasaan, termasuk perayaan Imlek.

Warga keturunan Tionghoa usai melakukan sembahyang Imlek 2572 di Klenteng Hok An Kiong, Muntilan, Jawa Tengah, Jumat (12/2). Tahun baru Imlek kali ini terasa berbeda, karena sepinya klenteng. Masa pandemi Covid-19 banyak warga keturunan Tionghoa menunda bepergian atau bersembahyang di klenteng.
Foto:

Orang China di Nusantara

Sebelum menjadi hari libur nasional, perayaan Imlek telah melalui segelintir sejarah panjang. Berawal dari orang Tionghoa yang tiba di Indonesia.

Sejarawan Indonesia, Asep Kambali mengatakan terkait detail waktunya saat orang Tionghoa datang di Indonesia tidak ada tahu persis. Sebab, bukti sejarahnya tidak ada dalam bentuk resmi.

Namun, dalam beberapa berita China terutama saat zaman Kerajaan Tarumanegara abad ke-5, sekitar tahun 486 M, pernah ada utusan dari Tarumanegara ke Tiongkok. Begitu juga sebaliknya. Data tersebut dia dapat dari seorang pengelana China bernama Fa Hi Yen.

“Soal masuknya orang Tionghoa memang sejak awal ada tradisi untuk menjelajah dunia. Sebagian dari mereka yang penjelajah merupakan seorang saudagar. Jadi, mereka menjelajahi dunia dengan berdagang. Yang mereka perdagangkan adalah perlengkapan dan obat, seperti keramik,” kata Asep kepada Republika.co.id.

Orang Tionghoa sejak dahulu sangat memegang teguh tradisinya. Leluhur mereka yang menjelajahi dunia ke seluruh dunia pasti membawa budaya mereka. Ciri-cirinya bisa dilihat dari segi arsitektur atau makanan.

Hampir di setiap kota di dunia mempunyai Pecinan. Mereka mendatangi seluruh wilayah di dunia untuk kepintangan ekonomi dan kepentingan.

Alasan mereka datang beragam, ada yang karena eksodus karena setiap pergantian dinasti pasti selalu ada pembunuhan, pembantaian, dan peperangan. Banyak dari mereka yang lari dari negara sendiri karena hal tersebut.

Perlu disoroti, peradaban orang Tionghoa lebih tua dan mereka sangat kaya budaya. Ini yang menyebabkan teknologi mereka lebih berkembang. Jadi, dengan perbedaan teknologi itu kemungkinan yang membuat barang dagangan mereka dibutuhkan bagi orang-orang di Nusantara saat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement