Selasa 09 Feb 2021 11:15 WIB

Mengambil Pelajaran dari 3 Orang Suku Bani Israil

Lalu malaikat dalam rupa manusia juga mendatangi si Buta dan bertanya....

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Mengambil Pelajaran dari 3 Orang Suku Bani Israil | Suara Muhammadiyah

 

Dia tidak ingat bahwa yang harta yang di berikann kepadanya itu merupakan ujian dari Allah, dan dia juga lupa bahwa Allah SWT senantiasa tiasa selalu mengawasinya. Maka orang seperti ini merupakan orang fasik, ia bukan hanya lupa kepada Allah, dia juga lupa kepada dirinya sendiri. “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik”. (QS. al-Hasyr: 19).

Diakhirat mereka seperti ini akan mendapatkan kehidupan yang sempit, serta dibangkitkan dalam keadaan buta. “Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”( QS. Thoha: 124)

Kedua, ada manusia ketika susah dan senang dia senantia mengingat Allah. Manusia seperti ini tahu selama ini Allah senantiasa mengawasi dan melihat apa yang dikerjakan. Sifat seperti ini dikenal dengan istilah murâqabah.

murâqabah yaitu ini merupakan hasil dari pengetahuan seseorang yang dengannya dia meyakini bahwa Allâh Subhanahu wa Ta’ala senantiasa mengawasi, melihat, mendengar dan mengetahui semua sepak terjangnya setiap saat, setiap tarikan nafas dan setiap kejapan mata. Seperti yang di firmankan Allah ; “Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.(al-Hadid:4). “Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi”. (al-Fajr :14)

Dalam ajaran Islam, muraqabatullah merupakan suatu kedudukan yang tinggi. Hadis menyebutkan bahwa muraqabatullah sejajar dengan tingkatan ihsan, yakni beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya dan jika kita tak mampu melihatnya, maka sesungguhnya Allah melihat kita. (Muttafaq alaih)

Manusia yang memiliki rasa muraqabatulah (merasa diawasi Allah), dia akan merasakan keagungan Allah dan kesempurnaanya. Tenteram ketika ingat nama-Nya, merasakan ketenteraman ketika taat kepada-Nya, ingin bertetanggaan dengan-Nya, datang menghadap kepada-Nya, dan berpaling dari selain-Nya.

Akhirnya mari kita renungi juga sebuah kisah yang dituturkan oleh Abdullah bin Dinar sebagai motivasi bagi kita untuk menjadi orang yang merasa selalu diawasi oleh Allah SWT.

Abdullah bin Dinar berkata, “Pada suatu hari, aku pergi ke Makkah bersama Umar bin Khaththab. Di salah satu jalan, kami berhenti untuk istirahat, tiba-tiba salah seorang penggembala turun kepada kami dari gunung. Umar bin Khaththab bertanya kepada penggembala tersebut, ‘Hai penggembala, juallah seekor kambingmu kepada kami’.”

Penggembala tersebut berkata, “Kambing-kambing ini bukan milikku, tapi milik majikanku.’’ Umar bin Khaththab berkata, “Katakan saja kepada majikanmu bahwa kambingnya dimakan serigala.’’

Namun, penggembala yang budak tersebut berkata, “Kalau begitu, di mana Allah?” Umar bin Khaththab menangis, kemudian ia pergi kemajikan penggembala tersebut, lalu membeli budak tersebut dan memerdekakannya.”

Deri Adlis, Mubaligh di Kabupaten Kepulauan Anambas dan Sekretaris Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kepulauan Anambas

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement