Ahad 31 Jan 2021 05:23 WIB

Betawi Bedol Desa: Digusur dari Senayan, Jadi OKB di Tebet

Presiden Soekarno menggusur ribuan orang Betawi di Senayan untuk dijadikan GBK.

Foto ariel Gelora Bung Karno (GBK). Demi terbangunnya kompleks olahraga tersebut, ribuan orang Betawi bedol desa alias digusur dan dipindahkan ke Tebet.
Foto:

Awalnya Presiden Soekarno, Gubernur Jakarta saat itu Soemarno Sosroatmodjo, dan arsitek Friedrich Silaban yang juga merancang Masjid Istiqlal, dan sejumlah panitia berembuk mencari wilayah yang tepat. Dengan menaiki helikopter Soekarno mulai mencari wilayah yang cocok.

Bendungan Hilir, Rawamangun, Kampung Karet, Pejompongan, dan Dukuh Atas menjadi incaran. Bahkan wilayah Sunter yang saat itu belum banyak penduduknya, sebagai tempat pembangunan kompleks olahraga.

Namun usulan itu ditolak Presiden Soekarno. Bung Karno beralasan saat itu sarana jalan menuju ke Sunter belum memadai. Setelah mempelajari beberapa wilayah, dipilihlah empat kampung di wilayah Senayan yang saat itu masih rimbun perkebunan buah.

photo
Bung Karno saat membuka Asian Games 1962 - (wikipedia)

Asian Games 1962 digelar dari 24 Agustus 1962 sampai 4 September 1962. Sebanyak 1.460 atlet dari 17 negara berpartisipasi untuk memperebutkan medali pada 15 cabang olahraga yang dipertandingkan, termasuk badminton yang dipertandingkan untuk pertama kalinya di ajang ini. Namun, meski berjalan lancar, Indonesia diprotes Asian Games Federation, pengurus Olympic Games, dan Komite Olahraga Internasional (KOI) karena tak mengundang Israel dan Taiwan.

Taiwan tak diundang karena Presiden Soekarno saat itu dekat dengan kubu komunis China, sementara Israel tak diundang karena menjajah Palestina. Akibatnya, Indonesia pun dilarang ikut Olimpiade di Tokyo pada 1964.

Merespon protes tersebut, Bung Karno menggagas Games of the New Emerging Forces (Ganefo) yang digelar pada 1963. Namun, negara peserta yang diundang tak mengirimkan atlet terbaiknya karena khawatir mendapatkan sanksi tak bisa mengikuti Olimpiade 1963.

photo
Defile di Ganefo. - (wikipedia)

Masalah lain yang timbul pada penyelenggara Ganefo adalah, negara-negara tamu tidak memiliki anggaran mengirimkan atletnya ke perhelatan Ganefo. Demi harga diri, pemerintah Indonesia menyediakan tiket dan menanggung biaya-biaya 2.700 atlet dari 51 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin.

Indonesia yang dilarang ikut Olimpiade Tokyo 1964, memboikot pergelatan akbar tersebut. Akibatnya 200 delegasi dari cabang atletik terpaksa pulang ke Tanah Air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement