Selasa 26 Jan 2021 08:31 WIB
Realitas Ilmu Pengetahuan, Public Policy, dan Kalkulasi Bisnis

Mengapa Vaksin Covid-19 Telat Ditemukan?

Mengapa peradaban super modern ini gagal mengantisipasi datangnya Covid-19?

Denny JA, Konsultan Politik
Foto:

Oleh : Denny JA, Akademisi/Konsultan Politik/Kolomnis

Riset ilmu pengetahuan di masa kini, membutuhkan dana besar. Tanpa dana besar, sepenting apapun ilmu itu, ia akan berhenti tumbuh. Investor cukup menentukan ilmu apa yang ia berminat membiayai.

Sementara pemerintah, public policy, investor tidak bebas nilai. Berpengaruh pula di sana visi, fantasi bahkan ilusi para politisi dan pengusaha.

Dalam metodelogi kerjanya, ilmu pengetahuan memang otonom. Tak perlu apapun di luarnya. Tapi di ruang publik, ilmu pengetahuan, filsafat, agama, public policy, opini publik, politik, ekonomi,  bisnis, mereka bersinerji, saling menumbuhkan atau saling mengaborsi.

Di ruang publik, aneka pengetahuan itu menari bersama dengan kepentingan dan kesadaran aneka jenis kekuasaan.

-000-

Kasus pencarian vaksin virus corona dapat menjadi contoh. 

Mengapa tak ada investasi soal vaksin covid-19 jauh hari sebelumnya? Bukankah biaya menemukan vaksin ini tak seberapa dibandingkan pencarian Higgs Boson? 

Juga riset labolatorium vaksin ini mungkin tak pula sesulit Higgs Boson jika memang ilmuwan diarahkan ke sana? Bukankah tak ada kendala kesulitan ilmu jika sejak awal kita menemukan vaksin virus corona?

Jawabannya adalah Public Policy! Penyebabnya adalah kalkulasi bisnis!

Dengarlah Dr. Peter Hotez. Tahun ini, 2020, ia mengirimkan pesan kepada Konggres Amerika Serikat. Betapa di tahun 2016, ujarnya, semua kita kehilangan momen berharga. 

Saat itu, ia dan timnya hampir saja menemukan vaksin untuk virus corona (5). Tapi timnya kekurangan dana. Tak ada investor termasuk pemerintah yang bersedia memberikan dana.

Cortez mendalami keluaga virus corona sejak merebaknya SARS dan MERS di Afrika dan Timur Tengah. Baik SARS  tahun 2003, ataupun MERS di tahun 2012, juga disebabkan oleh jenis virus dengan clinical features yang tak terlalu berbeda.

Saat itu, ketika Cortez mengajukan dana, tentu saja tak ada yang membayangkan akan terjadi pandemik virus corona sebesar sekarang. Jumlah korban SARS dan MERS juga sedikit saja. Virus ini tidak horor bagi dunia barat.

Secara bisnis, saat itu, dianggap tak menguntungkan menanamkan investasi di bisnis vaksin itu. Siapa yang akan membeli vaksin corona?

Ternyata pandemik 2020 mendunia. Semua menunggu vaksin. Tapi karena telat diteliti, vaksin untuk corona baru datang di tahun depan, Juni 2021.

Ujar Cortez, kasus Covid-19 harus membuka mata pemerintah soal penyaluran dana untuk riset ilmu pengetahuan.

Kasus Cortez di atas menjadi contoh betapa public policy dan kalkulasi bisnis sangat menentukan jenis ilmu bagaimana yang akan tumbuh karena mendapatkan dana.

Public policy dan kalkulasi bisnis, ikut menentukan jenis ilmu mana yang didukung dan dilarang.

Bagi para pecinta ilmu, realitas di atas harus pula disadari. Ilmu pengetahuan kini adalah ilmu plus investor. Ilmu plus public policy.*

Jan 2021

(Ini revisi esai saya sebelumnya: Partikel Tuhan, Para Filsuf, Kalkulasi Bisnis, dan Public Policy Itu)

CATATAN

1. Kita mengalami merosotnya ekonomi dunia terburuk sejak Great Depression tahun 1930an.

https://www.bbc.com/news/amp/business-52273988

2. 10 temuan ilmu terbesar dekade ini

https://www.newscientist.com/article/mg24432613-200-new-scientist-ranks-the-top-10-discoveries-of-the-decade/

3. Biaya riset menemukan dan membuktikan Higgs Boson sebesar 13.8 billion USD atau 180 trilyun rupiah

https://www.google.co.id/amp/s/www.forbes.com/sites/alexknapp/2012/07/05/how-much-does-it-cost-to-find-a-higgs-boson/amp/

4. Stephen Hawking: Filsafat sudah mati !

https://www.telegraph.co.uk/technology/google/8520033/Stephen-Hawking-tells-Google-philosophy-is-dead.html

5. Peter Hotez gagal mendapatkan dana untuk riset virus corona sekita 3 tahun sebelum pandemik mendunia.

https://www.google.co.id/amp/s/www.nbcnews.com/news/amp/ncna1150091

Sumber tulisan: Facebook DennyJA_World

https://www.facebook.com/322283467867809/posts/3584125975016859/?d=n

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement