Senin 11 Jan 2021 11:08 WIB
Cerita di Balik Berita

Jadi 'Pengacara' Gadungan, Masuk ke Sel Tommy Soeharto

Elza Syarief keluarkan Tommy dari Lapas Cipinang bertemu Soeharto di Jalan Cendana.

Pengacara kondang Elza Syarief.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Pengacara kondang Elza Syarief.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika

Pertengahan Maret 2002, kesehatan Presiden ke-2 RI Soeharto memburuk. Kabar itu dikemukakan Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek, putri bungsu Soeharto.

Soeharto mengalami pendarahan dan harus diinfus. Dokter kepresidenan yang merawatnya mengatakan, "Kondisi Pak Harto kritis. Dokter memberikan transfusi darah."

Berita itu menjadi perhatian masyarakat. Rapat redaksi di Media Indonesia dan Metro TV memutuskan membuat tim liputan khusus untuk memantau kondisi Soeharto di kediaman, Jalan Cendana, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

Di luar tim yang sudah ditentukan, saya minta izin bergerak sendirian. Saat ditanya bagaimana caranya? Saya jawab, sangat tergantung situasi di lapangan. Saya akan kabari manuver di lapangan melalui investigative reporting.

Saya melihat celah hasil rapat yang masih kurang detail. Di situ peluang saya untuk bisa masuk ke lingkungan keluarga Soeharto di Jalan Cendana. Saya minta waktu dua hari untuk bisa masuk ke lingkaran inti keluarga Presiden Soeharto.

Saya putuskan untuk masuk melalui pengacara keluarga Soeharto. Ada beberapa pengacara, seperti Muhammad Assegaf, Juan Felix Tampubolon, Elza Syarief dan Nudirman Munir. Saya hanya mengenal Muhammad Assegaf dan Elza Syarief.

Saat liputan hukum, saya beberapa kali mewawancarai keduanya di kantornya. Untuk kasus-kasus yang terkait dengan pers, Assegaf kerap menanyakan pendapat saya. Ia sibuk sekali.

Beberapa kali dia diminta untuk menuliskan sambutan di sejumlah buku biografi  tokoh nasional, dia tidak sempat. Biasanya dia menghubungi saya. Maka saya yang buatkan tulisannya dan dapat honor lumayan. Halal.  

Kali ini, saya putuskan untuk masuk melalui jalur Elza Syarif. Perempuan pengacara ini supel, lincah, cerdas, berani, dan banyak akal. Saya justru lebih kenal dengan suaminya, Laksamana Muda TNI Yuswaji. Pernah menjadi Asisten Intel di Mabes TNI, serta Kepala Biro Humas Kementerian Pertahanan. Kenal saat Yuswaji menjadi Kepala Biro Humas.

Usai rapat siang hari, saya langsung menuju kantor Elza Syarif di kawasan Salemba, Jakarta Pusat. Saya sudah kenal cukup baik dengan pengacara yang banyak menangani public figure ini, baik pejabat, selebritas, dan tentu saja keluarga Soeharto.

Saya memanggilnya, kakak. Dia memanggilnya saya, adik. Hari itu saya langsung ngobrol mengenai kondisi kesehatan Pak Harto yang kritis. Saya langsung tembak ke sasaran. Bagaimana kondisi Mas Tommy Soeharto di penjara Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang? Kapan mau jenguk Tommy? Apakah Tommy boleh izin keluar dari penjara untuk jenguk Pak Harto?

Di situ, sambil corat-coret apa yang hendak dikerjakan, Elza menjawab. Ia akan menjenguk Tommy, esok hari. Tentu harus dapat izin dari Lapas Cipinang, Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham, serta Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta.

Di situ saya sampaikan maksud. Saya izin untuk bisa mendampinginya masuk ke Lapas Cipinang jenguk Tommy Soeharto. "Sebagai apa?" tanya Elza.

"Sebagai bagian dari tim pengacara, Kakak."

"Nanti kalau ketahuan sebagai wartawan, bagaimana?" tanya Elza lagi.

"Itu urusan mudah, Kakak. Saya akan tampil perlente seperti pengacara. Pakai jas dan berdasi. Kakak tinggal buat surat tugas saya sebagai tim kakak."

Hahahaha... Elza tertawa. Ia setuju dengan ide saya. Lalu minta sekretarisnya buatkan surat tugas satu paket ada nama Elza dan nama saya sebagai staf khusus. Surat itu jadi pegangan saya menyamar menjadi staf khusus pengacara kondang untuk masuk ke Lapas Cipinang.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement