Oleh : Ari Fahrial Syam, Akademisi dan Praktisi kesehatan
Saat ini juga ada pekerjaan rumah pemerintah, yaitu bagaimana melakukan edukasi masyarakat agar dapat menjalankan protokol kesehatan. Berbagai pengalaman libur panjang diikuti dengan peningkatan jumlah kasus hingga menembus beberapa angka psikologis, seperti 40.000, 100.000, dan 200.000.
Selain itu, informasi dari Tim Sinergi Mahadata UI dengan Facebook bahwa setelah libur panjang terjadi peningkatan kasus lebih dari 50 persen, terutama saat libur Idul Fitri dan hari kemerdekaan. Selain itu begitu banyak hoaks yang beredar yang menghambat upaya-upaya untuk mengatasi pandemi global ini.
Perlu tokoh atau juru bicara sebagai wakil Kementerian Kesehatan yang bisa mengomunikasikan pesan-pesan kepada publik mengenai langkah yang akan dilakukan. Terus terang selama ini sepertinya Kemenkes lebih banyak bungkam.
Menteri kesehatan adalah orang yang paling bertanggung jawab agar bangsa ini tidak terpuruk dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan, baik permasalahan kesehatan sebelum Covid-19 maupun selama dan pasca-Covid-19.
Angka kematian anak dan ibu masih tinggi. Begitu juga angka stunting. Berbagai penyakit infeksi, antara lain HIV dan TBC, kita masih termasuk kelompok negara dengan jumlah kasus yang tertinggi di dunia ini. Bahkan angka kekebalan terhadap obat TBC juga sudah banyak terjadi. (multiple drug resistance/MDR TB). Terus terang kondisi mengatasi masalah akan sangat terganggu di masa pandemi ini.
Harapan untuk Indonesia yang lebih sehat selalu ada dan rasanya profesi kedokteran beserta institusi pendidikan kedokteran dan kesehatan harus menyambut kedatangan menteri kesehatan dan wakil menteri kesehatan baru dan siap mendukung untuk bersama-sama mengatasi pandemi ini serta mengejar ketertinggalan selama ini dalam hal pembangunan kesehatan. Dukungan Kemenkes terhadap pembangunan tenaga profesional akan membuat para tenaga kesehatan menjadi tuan rumah untuk masyarakatnya di era globalisasi, khususnya setelah pandemi ini usai.
Salam sehat.