Rabu 23 Dec 2020 12:27 WIB
Cerita di Balik Berita

Dimaki Petinggi TNI: Sang Jenderal Berkumis Tebal

Sang Jenderal memang sering bicara kotor jika sedang tak mau diwawancara.

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto:

Aku tak ikut bubar. Aku mengikuti Petinggi TNI itu yang hendak menuju ruang pertemuan. Aku berjalan di sisi jenderal berbintang empat itu. Mengikuti langkahnya yang cepat.

“Pak kabarnya ada rencana untuk menambah jumlah personel Kopassus. Kapan akan direalisasikan?” tanyaku cepat  tanpa sempat memperkenalkan diri. Aku menyorongkan tape recorder dari arah samping.

Sang jenderal berkumis tebal tak menghentikan langkahnya. Tak juga menoleh ke arahku.

“T**k kau?” jawabnya sambil terus berjalan.

Aku kaget. Kok jawabannya kotoran manusia? Ah, tak mungkin panglima TNI ngomong kotor seperti itu. Mungkin aku salah dengar. Aku ulangi lagi pertanyaanku.

“Jadi kapan Pak realisasi penambahan personel Kopassus?”

"T**k  kau,” jawab si jenderal lebih keras. Tetap saja dia tak menoleh ke arahku. Pandangannya terus mengarah ke depan. Jalannya makin cepat.

Sejumlah tentara yang berada di sekelilingnya cuma-senyum-senyum.  Benar ternyata, dia menyebut kotoran manusia. Aku mau protes dengan jawabannya. Menurutku jawaban itu tidak sopan. Tapi ajudan jenderal  mendorongku agar menjauh.

“Sudah, sudah ya Mas,” katanya.

Sejumlah tentara ikut menghalangiku mendekati si jendral. Terpaksa aku menjauhinya. Bisa jadi masalah kalau memaksa mengganggu pimpinan tertinggi TNI di markas tentara.

Aku masih bengong. Tak percaya dengan jawaban itu. Kok bisa?

Aku kembali ke rombongan wartawan yang berkumpul di pinggir lapangan. Dari kejauhan mereka menyambutku dengan senyum-senyum.

Emang enak?” ledek seorang senior.

“Dimaki-maki apa tadi?” tanya yang  lain sambil tertawa.

“Joroklah. Masa jawabannya t**k,” kataku garuk-garuk kepala.

Mereka semua tertawa terpingkal-pingkal. Wartawan-wartawan senior itu  dan yang ngepos  di lingkungan TNI sudah tahu kelakuan sang jenderal. Mereka juga sudah tahu gelagat jika si jenderal sedang tak mau diwawancarai.

Sang jenderal, kata  mereka, memang sering bicara kotor jika sedang tak mau diwawancara. Aku anak baru yang tak tahu medan liputan, jadi korbannya. Sial.

Tips berhubungan dengan narasumber baru:

- Kenalkan diri dan asal media Anda

- Mulailah pembicaraan dengan hal yang terkait dengan narasumber

- Buat suasana yang nyaman

- Yakinkan Anda wartawan yang kredibel dengan mengajukan pertanyaan yang bermutu

- Jadilah pendengar yang baik, jika narasumber bercerita

- Jangan bertanya soal pribadi, kecuali narasumber memulainya

- Mintalah selalu nomor kontak narasumber yang gampang dihubungi.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement