Ahad 13 Dec 2020 08:51 WIB
Cerita di Balik Berita

Dikira Bom, Bekal Nasi Tongkol Balado di Sidang Soeharto

Petugas di persidangan Soeharto curiga bekal di dalam tupperwareku berisi bom.

Mantan Presiden Soeharto
Foto:

Oleh : Subroto

Sampai di Departemen Pertanian orang sudah ramai. Walaupun Soeharto tak bisa dihadirkan, tak mengurangi keinginan orang untuk mengikuti jalannya sidang. Tak semua yang datang boleh masuk ke ruangan. Dengan berbekal ID Pers, aku diperbolehkan masuk untuk meliput.

Untuk memasuki ruangan sidang harus melalui pemeriksaan ketat. Semua barang diteliti oleh petugas.

Giliranku akan masuk, seorang petugas memeriksa ranselku. Dia terlihat curiga dengan ranselku yang agak mengelembung.

Kok penuh, apa isinya ?” tanyanya sambil mengangkat tasku yang cukup berat.

“Peralatan liputan Pak,” jawabku.

“Coba buka,” katanya.

photo
Presiden ke-2 RI, Soeharto. - (Antara)

Aku mengeluarkan isi tasku di atas meja. Ada tape recoder, bloknote, bolpen, dan sejumlah buku. Satu lagi tas Tuppeware berisi bekal makan siangku.

Pemeriksaan itu membuat antrean di belakangku menjadi panjang. Sejumlah orang mulai tak sabar karena pemeriksaanku terlalu lama. Mereka berkerumun di dekatku. Mereka ingin tahu apa yang terjadi.

Si petugas keheranan melihat kotak tupperwareku. “Katanya cuma peralatan liputan, itu apa?“  tanyanya menunjuk dengan tongkat. Dia kelihatan waspada.

Kerumunan di sekitarku makin ramai. Mereka berbisik-bisik.

“Makan siang,” jawabku.

Kok bawa makanan ?”

Aku tak menjawab, cuma cengengesan.

“Coba buka,” perintahnya lagi.

Dengan enggan aku buka tas Tupperware. Berharap si petugas tak meneruskan perintahnya.

“Lihat isi dalamnya,” nadanya kini agak tinggi.

Aku ragu menjalankan perintahnya. Malu juga membuka bekalku dilihat banyak orang.

“Cuma nasi dan lauk Pak,” jawabku bertahan.

"Ayo buka!”  Dia mulai tak sabaran.

Pelan-pelan aku membuka tutup tempat makanan itu. Beberapa orang yang berada di dekatku mundur.

Si petugas terlihat makin waspada.

“Ini Pak,” kataku sambil menunjukkan bekal makan siangku. Ada nasi, balado ikan tongkol, tumis bunga pepaya kesukaanku, dan sebutir pisang.

"Ha..ha…ha…" si petugas tertawa.

“Saya kira bom tadi,” katanya kepada orang-orang sekeliling kami. Sejumlah orang yang tadinya khawatir, juga ikut tertawa.

Yaelaaah… Dikira bom beneran,” teriak seorang bapak. Kembali semua tertawa.

Aku dipersilakan mengemasi bekalku. Malunya setengah mati.

“Dikiranya piknik kali, bawa makanan,” kudengar celetukan orang di belakangku.

Tips menjaga pola makan:

- Jangan terlambat makan

- Usahakan sarapan  sebelum berangkat liputan walaupun tidak lapar

- Sediakan makanan ringan di dalam tas

- Bawa minuman

- Bawa obat-obatan bagi yang mempunyai sakit maag.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement