Rabu 25 Nov 2020 09:10 WIB

Jerman Tarik Pasukan dari Pangkalan Militer Afghanistan

Penarikan pasukan Jerman dari Afghanistan bukan reaksi terhadap pengumuman AS

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Penarikan pasukan Jerman dari Afghanistan bukan reaksi terhadap pengumuman AS. Ilustrasi.
Penarikan pasukan Jerman dari Afghanistan bukan reaksi terhadap pengumuman AS. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Jerman mengumumkan telah mengurangi kehadiran pasukan militernya di provinsi Afghanistan utara Kunduz, benteng pertahanan Afghanistan dari Taliban, Selasa (24/11). Keputusan ini diakui bukan karena penarikan pasukan Amerika Serikat (AS).

Juru bicara Komando Operasi Gabungan Jerman menyatakan langkah itu telah direncanakan oleh misi NATO di Kabul pada akhir musim panas. Penarikan pasukan bukan merupakan reaksi terhadap pengumuman AS pekan lalu bahwa akan memangkas pasukan di Afghanistan menjadi 2.500 dari 4.500 pada pertengahan Januari.

Baca Juga

Jerman mulai melakukan penarikan sekitar 100 tentaranya dari kamp di Kunduz, sekitar sepekan yang lalu. Jika bantuan militer dibutuhkan di Kunduz di masa depan, pasukan Jerman akan diterbangkan ke sana dari pangkalan besar di Mazar-i-Sharif yang menjadi tempat sekitar 1.000 tentara Jerman berada.

Dengan sekitar 1.200 tentara, Jerman telah mengerahkan kontingen militer terbesar kedua di Afghanistan setelah AS. Menteri Pertahanan Jerman, Annegret Kramp-Karrenbauer, mengatakan Berlin berharap untuk mempelajari lebih detail tentang rencana penarikan AS dari Afghanistan dalam beberapa hari mendatang.

"Ketika Amerika menentukan dalam beberapa hari mendatang pasukan apa yang akan mereka tarik dan lokasi mana yang akan terpengaruh, kami akan melihat apa efek jangka pendek penarikan tersebut untuk misi kami di sana," kata Kramp-Karrenbauer sebelum pengumuman penarikan dilakukan.

Kunduz memiliki nilai simbolis bagi militer dan rakyat Jerman. Tempat ini merupakan wilayah saat Jerman telah kehilangan lebih banyak pasukan dalam pertempuran daripada di tempat lain sejak akhir Perang Dunia Kedua.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement